Studi Buktikan Otak akan Memutar Kilas Balik Kehidupan Sesaat Sebelum Manusia Meninggal Dunia

Kamis, 24 Februari 2022 | 14:22 WIB
Studi Buktikan Otak akan Memutar Kilas Balik Kehidupan Sesaat Sebelum Manusia Meninggal Dunia
ilustrasi meninggal dunia (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah penelitian menarik melalui pemeriksaan elektroensefalogram atau EEG di otak, berhasil mengetahui apa hal yang dipikirkan seseorang tepat sebelum meninggal dunia.

Hasil EEG menunjukan, selama 15 detik sebelum jantung berhenti berdetak, otak manusia menampilkan kilas balik momen spesial, paling emosional dan berharga selama masa hidupnya yang terputar ulang menjelang kematian.

Fenomena ini disebut osilasi gamma yakni gelombang dengan frekuensi tinggi. Ada juga beberapa osilasi theta, delta, alfa dan beta, yang berkaitan dengan konsenterasi, bermimpi, bermeditasi, dan putar ulang memori.

Peneliti utama studi ini, Dr. Ajmal Zemmar, Ahli Bedah Saraf University of Louisville mengatakan, saat meneliti dirinya merasa cukup terkejut, karena bahkan aktivitas otak ini masih terus berlanjut meski jantung sudah berhenti berdetak sekalipun.

Baca Juga: Bikin Mewek, 5 Momen Tukul Arwana Dikunjungi Jenderal Dudung

"Dan yang mengejutkan, setelah jantung berhenti memompa darah ke otak, osilasi ini terus belanjut. Itu sangat mengejutkan bagi kami yang melihatnya," terang Zemmar mengutip Insider, Kamis (24/2/2022).

Uniknya, temuan ini didapatkan secara tidak sengaja terhadap seorang lelaki berusia 87 tahun, yang mengalami pendarahan di antara tengkorak dan otaknya, dan akhirnya mencari perawatan di rumah sakit Kanada.

Para dokter akhirnya berhasil mengeluarkan pembekuan darah di otak, tapi tiga hari kemudian lelaki tersebut mengalami kejang. Akhirnya, sesuai standar medis tim dokter mencari penyebab kejang melalui pemeriksaan EEG perekam aktivitas otak.

Tapi nahasnya, sebelum tahu penyebab kejang, lelaki tersebut alami seringan jantung dan meninggal saat dalam pemeriksaan EEG.

"Inilah sebabnya mengapa ini sangat jarang, karena Anda tidak bisa merencanakan ini. Tidak ada manusia sehat yang menjalani EGG sebelum akhirnya meninggal, dan tidak ada pasien yang sakit yang diketahui kapan ia akan mati untuk merekam sinyal di otak ini," jelas Zemmar.

Baca Juga: Kondisi Pesantren di Karawang yang Terbakar Hingga Tewaskan 8 Santri

Menariknya, butuh lima setengah tahun bagi para dokter dan peneliti untuk mempublikasikan penelitian ini, karena menunggu dan melihat adakah kasus serupa lainnya yang muncul.

Tapi akhirnya, para peneliti hanya mendapatkan satu penelitian serupa pada tikus, yakni saat para ilmuwan merekayasa serangan jantung pada hewan sambil mengukur aktivitas otak mereka.

"Sangat sulit untuk membuat klaim hanya dengan satu kasus, terutama ketika kasus tersebut mengalami pendarahan, kejang dan pembengkakan," ungkap Zemmar.

Kini penelitian tersebut baru dipublikasi pada Selasa 22 Februari 2022 lalu di Frontiers in Aging Neuroscience.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI