Cara Membuat Sabun Ekoenzim

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 23 Februari 2022 | 23:12 WIB
Cara Membuat Sabun Ekoenzim
Cara membuat sabun ekoenzim - yang lebih ramah lingkungan dibandingkan sabun biasa - penting diketahui di tengah pandemi Covid-19. Foto: Ilustrasi larutan ekoenzim yang dibuat dari sampah. [Dok Kementerian LHK]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Cairan ekoenzim selanjutnya dapat kita diolah menjadi sabun.

Kita dapat menggunakan peralatan rumah tangga seperti ember besar atau stoples yang bertutup, panci stainless, kompor, alat pengaduk berbahan kayu, dan botol sabun atau botol bekas minuman kemasan yang sudah dibersihkan.

Enzim tersebut nantinya dicampurkan dengan air dan Methyl Ester Sulfonate atau MES. MES dapat dengan mudah kita dapatkan di toko bahan kimia ataupun di situs e-commerce (aplikasi lokapasar). Perbandingan bahan yang digunakan adalah 6 kg MES : 15 kg air : 4 kg ekoenzim.

Berikut merupakan langkah pembuatan sabun ekoenzim:

  1. Larutkan MES dalam air di ember atau panci (dengan perbandingan 6 : 15). Pastikan bahwa MES sudah larut (berwarna putih).

  2. Diamkan campuran tersebut selama 2 jam. Namun, aduklah campuran tersebut ( selama 2 menit) setiap 15 menit.

  3. Panaskan campuran bahan tersebut di atas kompor dengan api bersuhu kurang lebih 65 derajat Celcius.

  4. Aduk campuran bahan selama kurang lebih 10-15 menit hingga mengental dan berwarna kekuningan dan bening.

  5. Matikan api kompor. Angkat campuran dan biarkan sampai dingin. Masukkan cairan ekoenzim ke dalam campuran bahan. Aduk hingga merata.

  6. Sabun organik berbahan ekoenzim sudah jadi dan siap pakai. Pindahkan ke botol sabun atau botol minuman kemasan. Sabun cair ekoenzim yang siap pakai memiliki tekstur agak kental, berwarna coklat, dan beraroma segar.

Eko-enzim untuk memberdayakan masyarakat

Inisiatif dari perguruan tinggi untuk menyadarkan masyarakat agar mengolah sampah dapurnya menjadi ekoenzim mulai bermunculan.

Di Demak, Jawa Tengah, saya terlibat dalam tim pengabdian masyarakat Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang mengedukasi anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Batursari untuk mengolah sampah dapur menjadi ekoenzim.

Gerakan tersebut layak diperluas, tak hanya oleh perguruan tinggi, tapi juga pemerintah daerah maupun organisasi masyarakat sipil. Sebab, butuh usaha bersama untuk menangani persoalan sampah rumah tangga yang mendominasi volume sampah di Tanah Air.

The Conversation

Baca Juga: Jadi Andalan di Tengah Pandemi, Ini Tips Memilih Sabun Antiseptik untuk Lawan Bakteri dan Virus

REKOMENDASI

TERKINI