Suara.com - Seorang ahli epidemiologi di Amerika telah menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ia menyoroti tingkat keparahan subvarian BA.2 varian omicron dari Covid-19 atau omicron siluman.
Desakan ini muncul setelah penelitian terbaru yang menyimpulkan bahwa sub-strain ini tidak hanya menyebar lebih cepat, tetapi juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Menurut laporan, studi laboratorium dan temuan dari Jepang ini, belum ditinjau oleh rekan sejawat. Penelitian tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh para ahli dari Universitas Tokyo.
Temuan ini dipublikasikan di repositori pracetak BioRxiv. “Subvarian BA.2 mungkin memiliki fitur yang membuatnya mampu menyebabkan penyakit serius seperti varian virus corona yang lebih tua,” lapor agensi.
Baca Juga: Viral, Petugas Swab Ambil Sampel Covid-19 Anak Kecil Bikin Emosi Publik, Netizen: Kayak Ngaduk Kopi
Dilansir dari Healthshots, Eric Feigl-Ding, seorang ahli epidemiologi dan ekonom kesehatan, menyebutnya "mengkhawatirkan", dalam sebuah tweet. Cek twitnya di sini!
Pekan lalu, WHO membahas penyebaran sub-varian BA.2 dari omicron dengan mengatakan bahwa meskipun mungkin lebih menular daripada BA.1, subvarian terbaru tidak lebih parah.
“Di antara semua subvarian, BA.2 lebih menular daripada BA.1. Namun, tidak ada perbedaan dalam hal tingkat keparahannya,” kata Maria Van Kerkhova, Technical Lead Covid-19 di WHO, dalam sebuah video.
Covid-19 melanda dunia dua tahun lalu, dan membuat orang-orang gelisah. Setelah gelombang Delta merenggut beberapa nyawa dan mempengaruhi orang di seluruh dunia, kehadiran varian omicron dilaporkan dari Botswana dan Afrika Selatan pada November 2021. Sejak itu, varian BA.1 dan BA.2 muncul.
Sesuai dengan penulis penelitian, varian BA.2 dari omicron telah mulai 'mengungguli' BA.1. Ini membuat mereka percaya bahwa yang pertama lebih mudah menular daripada omicron asli.
Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Rabu 23 Februari 2022, Jawa Tengah Sumbang 5.418 Kasus
Studi ini juga mengklaim bahwa hanya satu baris BA.1, subvarian BA.2 dari omicron tampaknya sebagian besar lolos dari kekebalan yang disebabkan oleh vaksin Covid-19.
Direktur eksekutif program kedaruratan medis WHO, Dr Mike Ryan, baru-baru ini juga mengungkapkan rasa gugupnya.
"Jika kita terkena varian lain ... akan sangat sulit untuk mengembalikan apa pun ke tempatnya," katanya.
Sementara beberapa negara saat ini memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, negara-negara lain harus tetap berhati-hati untuk mencabut pembatasan