Suara.com - Banyak studi menyebut anak yang terinfeksi Covid-19, 70 persen cenderung memiliki gejala ringan. Tapi dokter spesialis anak memberi peringatan bahwa anak dengan obesitas atau perawakan chubby yang terinfeksi Covid-19 bisa mengalami hiperinfeksi atau peradangan hebat.
Hal ini diungkap Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, Sp.A(K). Dokter Yogi mengatakan bahwa kejadian peradangan hebat tidak hanya dialami anak obesitas tapi juga dialami sebagian kecil anak dengan komorbid atau penyakit penyerta.
"Anak-anak dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung bawaan, ginjal, autoimun, anak ini seandainya terinfeksi hati-hati, risiko keparahan jadi berat lebih besar," ujar dokter Yogi dalam acara diskusi Radio Kesehatan Kemenkes, Rabu (23/2/2022).
Peradangan parah ini terjadi bukan hanya saat anak dinyatakan positif Covid-19, tapi dialami dua hingga enam minggu setelah dinyatakan sembuh bahkan hasil tes sudah menyatakan negatif.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Vaksin Booster Turunkan 91 Persen Risiko Kematian, Jika Terpapar Covid-19
"Peradangan hebatnya bisa di seluruh sistem, kadang di otak hilang kesadaran, kejang, kadang di otot jantungnya meradang, kadang di saluran cerna jadi muntah, kadang di kulit mata kemerahan nggak ada beleknya," tutur dokter Yogi.
Menariknya, hasil studi menunjukan vaksinasi Covid-19 pada anak 12 tahun ke atas menggunakan vaksin mRNA, bisa menurunkan kejadian hiperinfeksi hingga 91 persen.
Itulah sebabnya, dokter Yogi menegaskan selain anak dengan kondisi sehat, anak dengan komorbid juga sangat membutuhkan vaksinasi Covid-19.
"Kalau punya komorbid sebenarnya lebih penting lagi untuk divaksin, karena kita tahu kalau punya komorbid risiko dirawat sampai kritis itu lebih besar," tutup dokter Yogi.
Baca Juga: Luhut Sebut 73 Persen Pasien Covid-19 Meninggal Belum Divaksinasi dan Komorbid Diabetes