Pandemi Covid-19 Bikin Kebutuhan Penguatan Kesehatan Mental Makin Mendesak

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 23 Februari 2022 | 13:50 WIB
Pandemi Covid-19 Bikin Kebutuhan Penguatan Kesehatan Mental Makin Mendesak
Ilustrasi penyakit mental depresi (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini tidak hanya berpengaruh terhadap fisik, tapi juga kesehatan mental.

Selain kekhawatiran tentang keselamatan dan trauma menghadapi penyakit serius dan kematian, jutaan orang Indonesia menghadapi kesulitan keuangan; efek kesehatan mental ini juga menjalar ke tempat kerja.

Hampir satu dari tiga anak muda di Indonesia (29 persen) mengatakan mereka sering merasa depresi atau kurang tertarik untuk berpartisipasi, menurut survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup di 21 negara pada paruh pertama tahun 2021.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa program bantuan langsung tunai telah mengurangi bunuh diri sebesar 18 persen di Indonesia.

Baca Juga: Curhat Galau Ayu Aulia Dalam Surat Wasiat, Ungkap Ketakutan Hingga Singgung Zikri Daulay

ilustrasi depresi (pexels)
ilustrasi depresi (pexels)

"Kami memprediksi penguatan layanan kesehatan mental di Indonesia akan menjadi kebutuhan mendesak pada tahun 2022," ujar Sigal Atzmon, CEO & Presiden Medix, dalam konferensi pers, Selasa, (23/2/20220).

Sigal melanjutkan, bahwa Covid-19 telah terbukti menjadi game-changer dalam banyak aspek kehidupan kita, terutama di sektor perawatan kesehatan dan bagaimana kita mengelola dan menerima perawatan.

Oleh sebab itu, yang paling penting dari perkembangan positif dalam industri ini adalah kolaborasi antara pemerintah dan bisnis. Ia melanjutkan, bahwa menrut data yang ia miliki, anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan akan tetap menjadi prioritas pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2017 - 2020.

Namun, pembiayaannya cenderung menurun, dibandingkan dengan tahun 2021 karena pandemi terkendali dan kasus menurun. Pemerintah Indonesia menetapkan alokasi anggaran kesehatan sebesar Rp255,3 triliun pada tahun 2022, yang merupakan 9,4 persen dari APBN. Terdiri dari anggaran kesehatan reguler Rp139,4 triliun dan anggaran PEN (COVID-19) Rp115,9 triliun.

Anggaran kesehatan reguler meningkat 22,9 persen dibandingkan tahun 2019 (pra-COVID), karena alokasi yang lebih tinggi untuk angsuran JKN dan anggaran untuk sistem reformasi kesehatan. Anggaran pemerintah untuk anggaran perawatan kesehatan mengalami pertumbuhan yang solid sebesar 8,6 persen CAGR dari tahun 2017 - 2022, menunjukkan peningkatan permintaan akan layanan dan produk perawatan kesehatan di Indonesia.

Baca Juga: Lakukan 3 Hal ini jika Ingin Menjaga Kesehatan Mental

Sigal menyampaikan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan kesehatannya. Misalnya, salah satu isu utama adalah kurangnya sumber daya. Salah satu metriknya, menurut data Bank Dunia, adalah rasio dokter terhadap populasi — hanya ada 0,4 dokter per 1.000 orang di Indonesia (dibandingkan dengan 2 dokter di Cina, 1,5 di Malaysia, dan 2,3 di Singapura) dan hanya 1,2 ada tempat tidur rumah sakit untuk 1.000 orang (dibandingkan dengan 4,3 tempat tidur di Cina, 1,9 di Malaysia, dan 2,5 di Singapura).

Selain itu, Indonesia menghadapi tantangan geografis karena penduduknya tersebar di ribuan pulau terpencil (menyulitkan akses ke kesehatan), ditambah kekhawatiran akan transparansi data, dan kesenjangan dalam keterampilan dan standar internasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI