Angka Kematian Tinggi! Profesor Zubairi Ungkap Sebab Indonesia Belum Bisa Hidup Dengan Covid-19

Rabu, 23 Februari 2022 | 08:37 WIB
Angka Kematian Tinggi! Profesor Zubairi Ungkap Sebab Indonesia Belum Bisa Hidup Dengan Covid-19
Ilustrasi pasien Covid-19 ditangani tenaga kesehatan (Nakes). [Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. dr. Zubairi Djurban mengatakan bahwa Indonesia belum bisa berdamai dengan wabah Covid-19 seperti yang telah diutarakan sejumlah negara. Menurut prof. Zubairi ada sejumlah penyebab Indonesia belum bisa hidup dengan Covid-19

"Kasus belum landai. Hari ini (Selasa, 22/2) kembali naik sebanyak 57.491 kasus. Kasus aktif 549.431 kasus. Kematian tinggi. Hari ini 257 pasien," tulis prof. Zubairi dikutip dari cuitannya di Twitter, Rabu (23/2/2022).

Selain itu, cakupan vaksinasi lengkap dua dosis di Indonesia juga belum mencapai 70 persen. Ditambah lagi, lanjut prof Zubairi, kasus positif baru Covid-19 yang muncul dalam berbagai klaster.

"Banyak klaster muncul, nakes, sekolah, dan perkantoran," ujarnya.

Baca Juga: Hong Kong Temukan Virus Corona pada Makanan Beku

pemakaman pansian Covid-19 di Menjalin Kabupaten Landak. SUJARAKALBAR.CO.ID/IST
pemakaman pansian Covid-19 di Menjalin Kabupaten Landak. SUJARAKALBAR.CO.ID/IST

Sebelumnya Juru bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi juga menyampaikan bahwa Indonesia belum bisa dipastikan telah meleqati puncak gelombang ketiga akubat paparan omicron.

Meski kasus positif nasional sempat turun pada sepekan kemarin, tetapi perlu satu minggu lagi untuk memastikan bahwa lonjakan kasus telah mereda.

"Hasil pemantauan dari Kementerian Kesehatan menunjukkan terjadinya tren penurunan angka konfirmasi keseharian secara nasional setelah satu hari mencapai kasus tertinggi yaitu pada angka 64.718 hari Rabu, 16 Februari. Sejak itu, angka konfirmasi keseharian tersebut terus menurun, hingga kemarin (Senin, 21/2) dilaporkan sebanyak 34 ribu kasus," kata Nadia falam konferensi pers virtual Kemenkes, Selasa (22/2).

Penurunan kasus positif harian diikuti dengan angka positivity rate yang turun secara merata, terutama di provinsi Pulau Jawa-Bali yang paling banyak menyumbangkan infeksi baru.

Nadia menyampaikan, hingga Selasa (22/2), positivity rate nasional mulai melandai dengan angka 17,7 persen. Meski demikian, Kemenkes masih akan melihat perkembangan lonjakan kasus hingga akhir Februari.

Baca Juga: Seorang Tenaga Kesehatan di Cianjur Meninggal karena COVID-19, Dinkes: Ada Riwayat Penyakit Penyerta

"Kita akan tunggu lebih lanjut karena prediksi kita minggu keempat. Tapi dari paparan yang sudah di sampaikan, selama satu minggu terakhir hampir semua provinsi terutama Jawa-Bali sudah melewati puncak kasus dan sudah terlihat ada penurunan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI