Suara.com - Pemerintah Afrika Selatan mengubah aturan vaksinasi COVID-19 menjadi lebih singkat, demi memperluas cakupan vaksinasi.
Tingkat inokulasi telah melambat di Afrika Selatan padahal negara itu memiliki stok vaksin yang cukup.
Afsel telah mencatat lebih dari 98.000 kematian akibat infeksi virus corona dan lebih dari 3,6 juta kasus COVID-19 selama pandemi.
Pemerintah Afrika Selatan memperpendek interval antara pemberian dosis pertama dan kedua vaksin Pfizer dari 42 menjadi 21 hari.
Baca Juga: PPKM Level 3 Jakarta: Masuk Ancol, Anak Usia di Atas 6 Tahun Wajib Sudah Vaksin Dosis Pertama
Pemerintah negara itu juga akan mengizinkan orang yang telah menerima dua dosis vaksin Pfizer untuk mendapatkan dosis penguat (booster) tiga bulan setelah suntikan kedua, yang sebelumnya berjarak enam bulan.
Pemerintah Afsel pun akan menawarkan opsi "mencampur dan mencocokkan" vaksin untuk dosis penguat, di mana orang dewasa yang diberi satu dosis vaksin Johnson & Johnson (J&J) ditawarkan suntikan booster J&J atau Pfizer dua bulan setelah suntikan vaksin J&J mereka.
Para warga dewasa yang menerima dua dosis vaksin Pfizer akan diizinkan mendapatkan suntikan vaksin J&J serta Pfizer untuk dosis ketiga.
"Keputusan mengenai vaksin mana yang akan diberikan sebagai booster harus dipandu oleh ketersediaan vaksin," kata departemen kesehatan Afsel dalam sebuah pernyataan.
Afrika Selatan telah mencatat kasus COVID-19 dan kematian akibat infeksi virus corona terbanyak di benua Afrika.
Baca Juga: Andy Murray Kritisi Sikap Djokovic Terhadap Vaksin COVID-19
Negara itu sejauh ini telah sepenuhnya memvaksin sebanyak 28 persen dari sekitar 60 juta penduduknya, atau 42 persen dari 40 juta populasi orang dewasa.
Tingkat vaksinasi di Afsel itu adalah persentase yang jauh lebih besar dibandingkan tingkat vaksinasi di banyak negara Afrika lainnya, tetapi itu pun masih jauh dari target pemerintah Afsel.
Kampanye vaksinasi di Afsel, dengan menggunakan vaksin J&J dan Pfizer, dimulai dengan lambat karena kesulitan mengamankan pasokan awal tetapi baru-baru ini vaksinasi terhambat oleh keraguan masyarakat. [ANTARA]