Suara.com - Berada dalam hubungan pertemanan toxic atau buruk dapat berdampak buruk pada kesehatan mental Anda. Sebab, hubungan seperti ini sangat menyita energi.
"Hubungan toxic membuat tubuh kita berada dalam mode stres tinggi. Stres karena menavigasi situasi yang tidak terduga atau negatif, yang menciptakan suasana ketakutan dan ketidaknyamanan," jelas psikolog dan konsultan situs parenting Mom Loves Best, Erin Miers.
Karenanya, jangan ragu untuk meninggalkan hubungan semacam itu karena hanya akan berdampak buruk pada kesejahteraan Anda.
Berdasarkan Womens Health Magazine, berikut tanda pertemanan toxic:
Baca Juga: 5 Ciri Ini Menandakan Kamu Terjebak dalam Hubungan Asmara yang Toxic, Merasakannya?
1. Anda lebih banyak memberi
Jika teman Anda selalu membutuhkan bantuan, tetapi tidak dapat membalas bantuan sekecil apa pun, kemungkinan dia toxic.
"Penting bagi kita untuk memahami bahwa persahabatan itu fleksibel. Tapi jika polanya seperti Anda yang selalu memberi, memberi, memberi, dan tidak ada timbal balik, itu pertanda bahwa pertemanan kalian tidak akan bertahan lama," jelas psikolog klinis Andrea Bonior.
2. Teman tidak lagi bisa dipercaya
Persahabatan dibangun di atas kepercayaan.
Baca Juga: 4 Tanda Ini Menunjukkan Kamu Alami Toxic Financialship, Kerap Tidak Disadari!
Contoh kasusnya adalah bahwa teman sering membatalkan janjinya secara mendadak meski Anda sedang sangat membutuhkannya.
"Jika Anda tidka percaya bahwa mereka memikirkan kepentingan Anda, itu sering kali jadi pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak berfungsi," imbuh Bonior.
3. Anda tidak menikmati waktu yang dihabiskan bersama teman
Gejalanya adalah mengalami peningkatan kecemasan, sakit kepala, atau perut merasa tidak enak saat bersama mereka.
"Rasanya lebih menguras tenaga, rasanya seperti tugas atau tanggung jawab," ujar Bonior, merujuk pada keharusan untuk menghabiskan waktu bersama teman tersebut.
4. Bersaing dengan mereka
Tidak ada yang salah dengan sedikit persaingan sehat dengan teman-teman. Tetapi akan menjadi toxic ketika Anda dan teman bersaing dalam hal sekecil apa pun.
"Dalam pertarungan terus-menerus mungkin bukan hubungan pertemanan yang paling sehat," tandas Bonior.