Kenali Tanda Gangguan Kepribadian Paranoid, Penderitanya Tidak Bisa Percaya ke Orang Lain!

Senin, 21 Februari 2022 | 08:10 WIB
Kenali Tanda Gangguan Kepribadian Paranoid, Penderitanya Tidak Bisa Percaya ke Orang Lain!
Ilustrasi paranoid (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anda mempunyai teman atau kerabat yang selalu khawatir atau memikirkan hal secara berlebihan hingga mereka selalu cemas dan menjadi paranoid?

Kemungkinan ia menderita gangguan kepribadian paranoid (PPD), sebuah kondisi kesehatan mental yang dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan ketakutan ekstrem pada orang lain, menurut DSM-5.

"Orang yang didiagnosis ini cenderung curiga dan tidak percaya pada orang lain, selalu tegang dan gugup dalam situasi sosial, dan waspada terhadap ancaman," jelas profesor psikologi di University of Zurich, Chris Hopwood.

Mereka cenderung mengalami kesulitan menjaga persahabatan dan hubungan romantis, dan mungkin mudah terhina atau tersinggung.

Baca Juga: Asisten Pelatih Puji Mental Persija Usai Comeback Kalahkan Persik

Berdasarkan Insider, gangguan kepribadian ini sangat jarang sehingga masih sangat sedikit penelitian tentang gangguan kepribadian paranoid dan cara terbaik untuk mengobatinya.

Ilustrasi wanita cemas (pexels) /Liza Summer/sumaiyah
Ilustrasi wanita cemas (pexels) /Liza Summer/sumaiyah

Berikut beberapa gejala umum PPD:

- Yakin bahwa orang lain berbohong atau mengeksploitasi mereka
- Menyimpan dendam atau menolak untuk memaafkan
- Terlalu sensitif terhadap kritik
- Takut mengungkapkan informasi pribadi apa pun ke orang lain
- Selalu berpikir bahwa orang lain menghina mereka
- Selalu curiga bahwa pasangan berselingkuh
- Berasumsi bahwa ada makna tersembunyi dalam ucapan atau penampilan orang lain
- Sulit untuk santai
- Mudah marah dan cepat membantah

Orang dengan PPD mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain, tetapi itu tidak berarti mereka berbahaya.

"Mereka rentan terhadap kemarahan, tetapi tidak selalu melakukan kekerasan," imbuh profesor psikiatri dan ilmu saraf perilaku di University of Chicago, Royce Lee.

Baca Juga: 5 Cara Menyimpan Energi demi Menjaga Kesehatan Mental, Salah Satunya Berhenti Cari Validasi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI