Gegara Omicron, Positivity Rate Indonesia Menjulang Hingga 18,59 Persen dan Jauh dari Standar WHO

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Sabtu, 19 Februari 2022 | 08:55 WIB
Gegara Omicron, Positivity Rate Indonesia Menjulang Hingga 18,59 Persen dan Jauh dari Standar WHO
Ilustrasi virus corona. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyebaran virus corona varian omicron yang disebut lebih menular memicu lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara. Tidak terkecuali di Indonesia.

Bahkan, angka positivity rate Indonesia kini tengah melampaui batas standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kepala Sub Bidang Dukungan Kesehatan Satgas COVID-19 Brigjen TNI Purn Alexander K. Ginting menyebutkan bahwa positivity rate di Indonesia sudah mencapai angka 18,59 persen per 16 Februari 2022.

“Sekarang Indonesia rata-rata (positivity rate ) 18,59 persen dan itu di atas standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 persen,” kata Alexander dalam zoominar Strategi Menghadapi Gelombang Ketiga Pandemi , yang dikutip dari ANTARA, Sabtu, (19/2/2022). 

Alexander menuturkan sebelumnya Indonesia berhasil memenuhi standar 5 persen dari WHO pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2021 lalu. Namun kasus kembali mengalami kenaikan sejak adanya varian Omicron pada bulan Desember 2021 hingga saat ini.

Ilustrasi Virus Corona. (Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona. (Pixabay)

Dari data Stagas Covid-19, erdapat lima provinsi dengan angka positivity rate tertinggi yaitu Banten, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Daerah dengan tingginya angka tersebut, kata Alexander, merupakan daerah yang memiliki jumlah populasi penduduk padat dan memiliki infrastruktur yang bagus dan memadai.

“Jadi kasus aktif ada di daerah ini cukup tinggi. Kemudian kematian karena Omicron juga ada pada daerah yang vaksinasinya sudah cukup tinggi dan juga pada mereka infrastruktur rumah sakitnya bagus,” ucap dia.

Alexander turut menyebutkan bila daerah yang memiliki angka kematian dan kasus kesakitan tertinggi masih terus berputar pada daerah di sekitar pulau Jawa-Bali. Seperti pada Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan Bali.

Sementara bila melihat keterisian ruang ICU, dia membeberkan bila kondisi ICU di rumah sakit tidak sepenuh saat terjadinya gelombang Delta, begitu juga dengan antrean UGD pada bulan Juli 2021 lalu. Antrean pada UGD untuk mengisi rumah sakit tetap terlihat.

Baca Juga: Para Pejabat Dan Anggota Dewan di Badung Sambangi Finns Club Kuta

“Ini terus silih berganti, tentu ini hubungannya ada dengan mobilitas. Walaupun kelima provinsi ini vaksinasinya jempolan, tapi mobilitasnya cukup tinggi,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI