Suara.com - Penelitian model yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation menemukan bahwa mayoritas orang Amerika Serikat yang sudah disuntik vaksinasi booster Covid-19 kebal terhadap infeksi Omicron.
Peneliti memperkirakan sekitar 73 persen orang AS saat ini telah kebal terhadap virus corona Omicron yang telah menjadi varian dominan. Jumlah itu kemungkinan akan meningkat menjadi 80 persen pada pertengahan Maret.
Temuan itu akan mencegah atau mempersingkat infeksi baru muncul pada orang yang telah dilindungi. Sehingga pada akhirnya mengurangi jumlah virus yang beredar secara keseluruhan dan kemungkinan meredam terjadinya lonjakan kasus.
"Kami telah berubah. Kami telah terpapar virus ini dan kami tahu bagaimana menghadapinya," kata Profesor ilmu metrik kesehatan di University of Washington di Seattle Ali Mokdad, dikutip dari Fox News.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Malaysia Sengaja Tingkatkan Jumlah Pasien Virus Corona di Rumah Sakit
Meski demikian, Covid-19 masih menjadi virus yang berbahaya. Wabah penyakit di masa depan juga kemungkinan masih bisa terjadi.
Namun, dengan terciptanya kekebalan kelompok dari vaksinasi maupun infeksi langsung telah berdampak baik terhadap sistem layanan kesehatan jadi tidak kewalahan.
"Saya optimis bahkan jika kita mengalami lonjakan di musim panas, kasus akan meningkat, tetapi rawat inap dan kematian tidak akan terjadi," kata Mokdad.
Di sisi lain, masih ada individu di AS yang tidak memiliki kekebalan karena belum divaksinasi. Tercatat, masih ada sekitar 80 juta orang yang masih rentan terinfeksi Covid-19. Jumlah itu hampir sama dengan total infeksi Covid-19 yang terkonfirmasi di AS selama pandemi.
"Sekitar 26 persen populasi masih rentan terinfeksi omicron saat ini dan harus sangat berhati-hati," kata Mokdad.
Baca Juga: Hits Health: Varian Omicron Bakal Melonjak di Luar Jawa - Bali, Kenali Ciri-ciri Orang Depresi!