Suara.com - Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa subvarian Omicron atau juga dikenal dengan omicron 'siluman' mungkin lebih berbahaya dari varian BA.1.
Dilansir dari The News Week, BA.2 telah menjadi berita utama dalam beberapa minggu terakhir. Varian ini juga merupakan subjek penelitian yang sedang berlangsung setelah menyalip tipe BA.1 Omicron yang sebelumnya dominan di negara-negara seperti Denmark dan Afrika Selatan.
Penelitian telah menemukan bahwa BA.2 memiliki keunggulan transmisi yang signifikan dibandingkan BA.1, yang berarti memiliki potensi untuk menyebar lebih cepat melalui populasi. Tetapi karakteristik kunci lainnya tentang varian tersebut, seperti apakah itu mengarah pada peningkatan rawat inap atau lebih resisten terhadap vaksin, belum ditentukan secara pasti.
Data awal dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) telah menyarankan bahwa vaksin sama efektifnya dengan BA.2 seperti BA.1 dalam hal mencegah penyakit simtomatik, berdasarkan orang yang mendapat suntikan booster.
Baca Juga: Sejak Januari, Jumlah Nakes di Tangsel Terpapar Covid-19 Capai 109 Orang
Namun, pada hari Selasa, lusinan peneliti dari Jepang merilis sebuah penelitian di mana mereka mengatakan mereka menemukan bahwa BA.2 mungkin sebenarnya lebih mampu menyebabkan penyakit dan lebih tahan terhadap kekebalan sebelumnya daripada BA.1. Perlu dicatat bahwa penelitian ini belum melalui proses peer review yang akan dinilai kualitas dan validitasnya.
Para peneliti menginfeksi hamster dengan BA.1 dan kemudian memperoleh serum pemulihan — pada dasarnya sampel darah — dari mereka setelah tubuh mereka menimbulkan respons kekebalan, yang berarti darah mereka mengandung antibodi.
Mereka kemudian mengekspos sampel BA.1 dan BA.2 ke antibodi ini untuk melihat apa yang akan terjadi. Para peneliti menemukan bahwa BA.2 2,9 kali lebih tahan terhadap sampel hamster daripada BA.1.
Mereka selanjutnya menguji temuan ini pada tikus dengan mengimunisasi mereka dengan sel yang mengekspresikan protein lonjakan BA.1 dan sekali lagi menguji antibodi mereka terhadap BA.1 dan BA.2. Kali ini, mereka menemukan bahwa BA.2 6,4 kali lebih tahan dari BA.1.
Selain itu, para peneliti menginfeksi hamster dengan BA.2 dan BA.1 dan menemukan bahwa kelompok BA.2 menunjukkan lebih banyak gangguan kesehatan seperti penurunan berat badan daripada mereka yang terinfeksi BA.1. Mereka juga menemukan bahwa jumlah virus BA.2 lebih tinggi di paru-paru hamster daripada BA.1.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Sebut Kematian Covid-19 di Jateng Didominasi Komorbid dan Belum Divaksin