Profesor Zubairi Sebut Indonesia Belum Sampai Puncak Gelombang Ketiga Virus Corona Varian Omicron

Senin, 14 Februari 2022 | 08:24 WIB
Profesor Zubairi Sebut Indonesia Belum Sampai Puncak Gelombang Ketiga Virus Corona Varian Omicron
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, Profesor Zubairi Djurban menekankan bahwa situasi dan kondisi wabah virus corona di Indonesia berbeda dengan Inggris atau pun Amerika Serikat.

Sehingga, kata Profesor Zubairi, aturan lepas masker di area publik seperti yang diberlakukan pemerintah Inggris tidak serta merta bisa diterapkan di sini.

Ia juga menyebut bagaimana Indonesia diprediksi belum mencapai puncak gelombang ketiga akibat virus corona varian Omicron.

"Situasi Indonesia beda dari Inggris dan Amerika. Kita ini belum capai puncak dan belum landai. Jadi belum waktunya berdamai dengan Covid-19, apalagi lepas masker," kata Profesor Zubairi, dikutip dari tulisannya di Twitter pribadinya, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Dua Pasien Long Covid-19 Berhasil Sembuh setelah Minum Obat Antihistamin yang Dijual Bebas

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban. (Tangkap Layar)
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban. (Tangkap Layar)

Dokter Spesialis Penyakit Dalam itu menjelaskan bahwa untuk bisa berdamai dengan wabah Covid-19, diperlukan pertahanan dengan sistem imun yang kuat dari masyarakat.

"Kalau 'musuh' mulai mundur, pertahanan (booster) kita sudah kuat, baru kita pikirkan untuk berdamai dengan mereka," pungkasnya.

Kasus positif harian gelombang ketiga saat ini diketahui telah mendekati puncak gelombang kedua pada Juli 2021 lalu.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 pemerintah RI, pada Jumat (12/2) lalu dilaporkan sebanyak 55.209 kasus baru dalam sehari. Jumlah tersebut sedikit di bawah dari puncak gelombang kedua yang terjadi pada 15 Juli 2021 dengan 56.757 kasus.

Diprediksi, kasus infeksi pada gelombang ketiga akibat Omicron akan lebih tinggi dibanding gelombang dua akibat Delta, yang terjadi tahun lalu. Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, puncak gelombang ketiga kemungkinan baru akan terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret.

Meski begitu, ia juga memperkirakan kalau tidak akan semua kasus positif Covid-19 bisa ditemukan dan terdata. Karena lebih banyak masyarakat yang terinfeksi tapi tidak bergejala.

Baca Juga: Ciri-ciri Sembuh dari Omicron dan Berita Hits Kesehatan Lainnya

"Merespon Omicron ini sangat penting karena potensi kasus infeksi yang sangat banyak, bahkan jauh lebih banyak daripada Delta, itu sangat jelas," kata dokter Dicky dihubungi Suara.com, beberapa waktu lalu.

Virus corona varian Omicron pertama kali ditemukan di Indonesia pada pertengahan Desember lalu. Setelah itu, kasus positif harian baru baru mulai meningkat sebulan kemudian dengan mencapai ribuan kasus per hari.

Pada akhir Januari, kasus positif harian makin meningkat hingga puluhan ribu.

Ilustrasi pandemi (freepik.com/prostooleh)
Ilustrasi pandemi (freepik.com/prostooleh)

Berbeda dengan yang terjadi di Inggris. Negara itu mengalami kenaikan kasus sejak pertengahan Desember 2021, tak lama setelah mendeteksi penularan varian Omicron.

Pada akhir Desember 2021, jumlah kasus positif harian di Inggris mencapai 100 ribu per hari untuk pertama kalinya selama pandemi.

Data pada situs Worldometers menunjukkan bahwa dalam sepekan terakhir, kasus positif harian di Inggris rata-rata kembali di bawah 100 ribu.

Kondisi itu ditanggapi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan mengonfirmasi bahwa pembatasan Covid-19 di sejumlah wilayah akan dilonggarkan pada akhir Februari. Tetapi, aturan itu hanya akan diambil apabila tren kasus positif terus turun.

Selain itu, aturan isolasi mandiri pasca-tes positif Covid-19 tetap diberlakukan, meskipun masa karantina telah dikurangi.

Johnson mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia akan membuat pernyataan pada Senin, 21 Februari, dengan menjabarkan strategi untuk hidup dengan Covid-19.

"Asalkan tren yang menggembirakan saat ini dalam data berlanjut, saya berharap bahwa kami akan dapat mengakhiri pembatasan domestik terakhir, termasuk persyaratan hukum untuk mengasingkan diri setelah tes positif," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI