Pasien kedua yakni seorang guru paruh baya. Sebulan setelah tertular virus corona dia mengalami nyeri sendi, insomnia, detak jantung yang cepat, dan sulit berkonsentrasi.
Gejala tersebut bertahan hingga setahun kemudian.
Suatu hari, pasien mengganti obat antihistamin dari fexofenadine menjadi 25 mg diphenhydramine. Keesokan paginya, gejala kabut otak dan kelelahannya membaik. Jadi, ia lanjut meminum obat yang dijual bebas tersebut.
Pasien sekarang mengkonsumsi 25 mg diphenhydramine di malam hari dan 180 mg fexofenadine di pagi hari, dan mengaku merasa 95% lebih baik.
Menurut peneliti, cara pasien dalam mengobati long Covid-19 menjanjikan. Terlebih antihistamin tersebut umumnya aman diminum setiap hari selama tidak menganggu obat lain.
"Jika pasien ingin mencoba antihistamin yang dijual bebas, saya mendorong mereka untuk melakukannya di bawah pengawasan medis," jelas peneliti Melissa Pinto dari University of California.
Pinto juga mendorong ilmuwan lain untuk melakukan penelitian terkait antihistamin yang dijual bebas terhadap long Covid-19.