Suara.com - Sejak 2013, ilmuwan di Afrika Barat telah mencoba mencari tahu alasan virus Ebola dapat kembali muncul di antara para penyintas.
Meski sudah ada perawatan antibodi dan vaksin yang efektif, infeksi sangat fatal ini masih terus kambuh, memicu wabah baru di mana-mana.
Kini, melalui studi terhadap kera rhesus, ilmuwan menemukan tempat persembunyian potensial dari virus Ebola di dalam tubuh hewan primata tersebut.
Penelitian sebelumnya menunjukkan Ebola dapat menghindari sistem kekebalan manusia di beberapa tempat, seperti testis, mata, otak, dan sumsum tulang belakang, lapor Science Alert.
Baca Juga: Virus Mematikan Ebola Muncul di Pantai Gading Dalam 25 Tahun
Tetapi studi kali ini merupakan penelitian pertama yang menunjukkan ke mana virus sebenarnya pergi selama pengobatan antibodi dan bagaimana patogen dapat muncul kembali.
Ilmuwan menganalisis otak 36 kera yang terinfeksi Ebola dna menemukan ada reservoir virus yang persisten di rongga berisi cairan di otak depan dan batang otak.
"Kami meemukan bahwa sekitar 20% kera masih memiliki infeksi virus Ebola persisten (kera sudah terapi antibodi monoklonal). Khususnya di sistem ventrikel otak, di mana cairan serebrospinal diproduksi, diedarkan, dan terkandung," jelas peneliti Xiankun (Kevin) Zeng dari US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases.
Dua kera yang juga sudah diobati dengan antibodi monoklonal mati karena infeksi ulang Ebola. Selain otak, tidak ada bagian lain dari tubuh kera yang menunjukkan tanda-tanda infeksi ulang.
Kera jelas bukan manusia, tetapi respons fisiologis mereka terhadap Ebola cukup mirip dengan kita sehingga penelitian terkadang dapat diterjemahkan.
Baca Juga: WHO Beri Peringatan Potensi Penyebaran Virus Marburg yang Mirip Ebola
"Penelitian kami memperkuat kebutuhan untuk tindak lanjut jangka panjang dari penderita penyakit virus Ebola, bahkan termasuk penyintas yang diobati antibodi terapeutik, untuk mencegah (kekambuhan penyakit)," tandas Zeng.