Suara.com - Nyaris lebih dari dua puluh tahun Asti tidak pernah sadar kalau dirinya punya masalah saat minum susu. Sejak kecil perempuan bernama lengkap Asti Candramaya itu memang tidak begitu suka minum susu. Dalam beberapa kesempatan ia kerap dipaksa mengonsumsi susu oleh orang tuanya.
“Jadi dari kecil gue enggak terlalu suka susu, karena dulu kurus, walaupun sekarang juga masih (kurus) begini, akhirnya dipaksa minum susu,” ujar perempuan berusia 28 tahun itu.
Sepanjang ingatannya, Asti masih mengonsumsi susu hingga ia duduk di kelas enam Sekolah Dasar (SD). Tidak ada masalah berarti pada kala itu. Hingga di sekitar tahun 2015 ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan perutnya. Usai Asti mengonsumsi susu, tubuhnya selalu gemetar. Perutnya kembung. Sejurus kemudian ia mengalami diare.
Setiap mengonsumsi susu atau makanan berasal dari olahan susu, sebanyak itu pula ia mengalami diare. Mulanya Asti tidak pernah tahu bahwa kondisi yang dialaminya kerap dikenal dengan intoleransi laktosa. Hingga pada suatu saat ia menonton sebuah tayangan di YouTube yang membahas tentang intoleransi laktosa.
Baca Juga: Susu Kentang Menjadi Alternatif Lain dari Susu Sapi, Bagaimana Kandungan Nutrisinya?
“Jadi setelah dari situ, baru sadar kalo ternyata gue enggak bisa minum susu, engggak bisa juga makan-makan produk dairy,” ujar Asti.
Mungkinkah Intoleransi Laktosa Terjadi Saat Dewasa?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterohepatologi Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh tidak mampu memecah jenis gula alami yang disebut dengan laktosa.
Ari menjelaskan, bahwa setiap bayi baru lahir umumnya mempunyai kemampuan untuk memproduksi laktase, atau enzim yang membantu usus kecil mencerna laktosa. Laktosa ini umumnya ditemukan dalam produk susu, seperti susu dan yogurt.
“Nah seiring bertambahnya usia, kadar laktase seseorang itu bisa dapat mulai menurun. Artinya tidak ada lagi yang menghentikan laktosa yang dikonsumsi untuk masuk ke usus besar yang tidak tercerna, di mana bakteri memecah gula dan menciptakan kelebihan gas dan cairan dalam prosesnya,” ujar Ari saat dihubungi Suara.com beberapa waktu lalu.
Baca Juga: 5 Manfaat Susu Kefir untuk Kesehatan, Anda Wajib Tahu!
Ari mengatakan kondisi kekurangan laktase pada usia dewasa cukup umum. Menurut jurnal The Lancet. Gastroenterology & Hepatology sekitar 68 persen populasi dunia mengalami malabsorbsi laktosa atau ketidakmampuan mencerna laktosa.
Selain itu, lanjut Ari, faktor genetik juga mempengaruhi intoleransi laktosa banyak terjadi pada masyarakat di Indonesia. Ari menjelaskan bahwa nenek moyang orang-orang di Asia, termasuk Indonesia tidak mempunyai kebiasaan minum susu. Ini tidak terlepas dari kondisi hidup di Asia yang tidak menguntungkan bagi sapi perah.
Hal tersebut berbeda dengan nenek moyang orang Eropa yang tinggal di daerah dengan akses susu yang lebih terjangkau. Sehingga mereka meneruskan mutasi yang memungkinkan produksi laktase jangka panjang pada orang dewasa.
“Karena orang-orang kita itu sejak dulu tidak terbiasa minum susu. Karena akses ke susu juga sangat mahal dan sulit. Makanya orang-orang kita enggak mengembangkan mutasi yang persisten laktase,” kata dia.
Susu Bebas Laktosa Jadi Alternatif
Meski demikian, Ari mengatakan bahwa belakangan mulai banyak produk susu bebas laktosa atau lactose-free. Ia menjelaskan, susu bebas laktosa bisa menjadi alternatif mudah yang membantu orang menghilangkan gejala tidak nyaman seperti sakit perut dan diare yang kerap muncul tadi.
Dalam jurnal berjudul “Lactose-Free Dairy Products: Market Developments, Production, Nutrition and Health Benefits” mengungkapkan bahwa pertumbuhan minat susu dan produk susu bebas laktosa. Bahkan susu bebas laktosa sekarang merupakan pasar dengan pertumbuhan tercepat di industri susu.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa susu yang dapat diminum adalah kategori terbesar dari produk susu bebas laktosa. Atas dasar kebutuhan tersebut itu pula, dalam keterangannya beberapa waktu lalu, CEO Global Dairi Alami, Ihsan Mulia Putri, menghadirkan satu-satunya susu sapi bebas laktosa yaitu MilkLife Bebas Laktosa di Indonesia.
Ihsan Mulia Putri mengungkapkan bahwa pihaknya mengusung konsep From Farm to Table, dari mulai produksi susu, hingga pendistribusian ke meja konsumen. Ia menjelaskan bahwa kandungan gizi dari produk susu tadi dihasilkan dari jenis sapi Friesian Holstein, yang dirawat dengan sangat baik mulai dari kualitas makanan sapi hingga peternakan yang dikelola dengan teknologi modern.
“Dengan hadirnya susu MilkLife Bebas Laktosa, kami harap konsumsi susu sapi di tengah-tengah masyarakat Indonesia semakin meningkat. Kami juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk #BeraniMinumSusu dengan beragam varian dan susu dari MilkLife, agar kedepannya nutrisi dan kebutuhan gizi masyarakat dapat terpenuhi dengan baik,” ujar Ihsan Mulia Putri.