Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi puncak Omicron di Indonesia terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2022 mendatang.
Hal ini diungkap Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, yang mengatakan lonjakan kasus akibat varian Omicron akan 3 hingga 6 kali lebih tinggi dibandingkan varian Delta.
"Kecepatan penularan yang harus jadi perhatian. Omicron ini cepat banget nularnya. Kita tahu, kasus di beberapa daerah Jawa - Bali sudah melebihi Delta," ujar Nadia saat konferensi pers, Kamis (10/2/2022).
Meski begitu, Nadia menyebutkan jika peningkatan kasus yang drastis ini, tidak akan dibarengi dengan angka perawatan di rumah sakit yang juga ikut tinggi.
Baca Juga: Jangan Lengah! Meski Gejala Omicron Lebih Ringan, Tetap Sama Bahayanya Bagi Lansia Dan Komorbid
Hal ini tidak lepas dari akses vaksinasi Covid-19 yang sudah merata, dan terbukti bisa menurunkan angka kesakitan atau keparahan, sehingga saat terinfeksi tidak perlu dirawat di rumah sakit.
"Tapi tetap harus waspada. Kami ingatkan vaksinasi masih merupakan upaya percepat dan proteksi agar kasus lebih ringan, booster sudah bisa diakses dimana-mana," terang Nadia.
Selain itu, Nadia juga menyoroti angka vaksinasi pada kelompok lanjut usia (lansia) yang cakupannya terbilang rendah.
Padahal lansia dan orang dengan komorbid (penyakit penyerta) sangat berisiko tinggi alami gejala berat bahkan kematian jika tidak divaksinasi.
"Kita sarankan lansia, untuk mau secepatnya divaksinasi, termasuk juga kini sudah bisa melakukan vaksinasi booster," tutup Nadia.
Baca Juga: Sejumlah Negara Bagian di AS Mulai Cabut Aturan Wajib Pakai Masker, CDC Beri Tanggapan Begini
Sementara itu, per 10 Februari 2021, data Kemenkes menunjukan ada lebih dari 40 ribu kasus baru, dengan 74 orang baru saja dinyatakan meninggal dunia.
Sehingga total 4,6 juta warga Indonesia terinfeksi Covid-19, dan 144 ribu orang meninggal dunia.