Suara.com - Subvarian BA.2 Omicron kemungkinan akan menyebar secara global. Nmun masih belum jelas apakah itu akan menyebabkan infeksi ulang di antara mereka yang terinfeksi dengan strain Omicron asli. Demikian menurut Organisasi Kesehatan Duni (WHO).
Menurut pimpinan teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove, subvarian BA.2, yang lebih menular daripada versi BA.1, kemungkinan akan menjadi lebih umum.
"BA.2 lebih mudah menular daripada BA.1 sehingga kami berharap untuk melihat BA.2 meningkat dalam deteksi di seluruh dunia," kata Van Kerkhove selama sesi tanya jawab yang disiarkan langsung di platform media sosial WHO, Selasa.
WHO sedang memantau BA.2 untuk melihat apakah subvarian menyebabkan peningkatan infeksi baru di negara-negara yang mengalami peningkatan pesat dan kemudian penurunan tajam dalam kasus omicron, kata Van Kerkhove.
Sementara penelitian masih berlangsung, tidak ada indikasi perbedaan tingkat keparahan infeksi yang disebabkan oleh salah satu subvarian, tambahnya.
Baca Juga: Dijamin Aman! Presiden Jokowi Undang Investor Berinvestasi di Tanah Air
Meskipun Omicron menyebar lebih cepat, diketahui menyebabkan infeksi ringan daripada varian Alpha dan Delta.
Para peneliti di Denmark telah menemukan bahwa BA.2 sekitar 1,5 kali lebih mudah menular daripada BA.1 dan lebih mahir menginfeksi orang yang divaksinasi dan bahkan dikuatkan. Namun, orang yang divaksinasi lengkap lebih kecil kemungkinannya untuk menyebarkannya daripada yang tidak divaksinasi.
Van Kerkhove mengatakan vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian, meskipun tidak mencegah semua infeksi. Dia meminta orang-orang untuk divaksinasi dan memakai masker di dalam ruangan.
Dr. Abdi Mahamud, manajer insiden Covid WHO, mengatakan tidak jelas apakah BA.2 dapat menginfeksi kembali orang yang sebelumnya memiliki BA.1, kata laporan itu.
Informasi tersebut dapat berdampak signifikan pada seberapa besar virus dapat menyebar. Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa dua pertiga orang yang terjangkit Omicron mengaku pernah mengidap COVID-19.