Suara.com - Viral kabar seorang wisatawan yang nekat keliling kota Malang untuk liburan mendapat tanggapan dari Satgas COVID-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengaku prihatin ketika mendengar kabar tersebut.
"Melihat kondisi ini kami amat prihatin karena masih saja ada orang yang menyepelekan penularan COVID-19 bahkan sedang tinggi dalam 2 minggu terakhir ini," kata Wiku mengutip situs resmi Satgas COVID-19
Hal ini harusnya bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk perlunya mengesampingkan ego demi keselamatan bersama. Selain kesadaran yang harus tinggi dari masyarakat, pemerintah setempat termasuk penyelenggara wisata sebagai penanggung jawab fasilitas publik untuk betul-betul melakukan skrining kesehatan, karena dapat mencegah penularan yang tinggi di tengah kondisi alamiah fasilitas publik yang cenderung padat.
Baca Juga: Kenaikan Kasus COVID-19 Lebih Tinggi dari Tahun Lalu, Satgas COVID-19 Fokus Tekan Angka Kematian
"Untuk Pemerintah Daerah juga harus memberikan sanksi yang memberikan efek jera pada masyarakat, karena sudah 2 tahun berjalan pandemi. TNI/POLRI, Pemda menegakkan peraturan agar kita semua bisa produktif aman COVID-19," pungkas Wiku.
Sebelumnya diberitakan, sebuah unggahan seorang yang mengaku positif Covid-19 tapi masih berkeliaran tanpa isolasi viral di media sosial. Bahkan ia keliling ke sejumlah tempat wisata di kawasan Jawa TImur.
“Batal ke Bali karna mo nyebrang feri Ketapang gili malah positif Covid-19. Akhirnya keliling Batu-Malang dan sekitarnya, ternyata banyak destinasi yang belum dikunjungi. Omicron kali ini ringan gejalanya, mungkin karna alumni delta sebelumnya jadi hampir tak terasa,” ungkap postingan itu.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi buka suara. Ia mengimbau kembali untuk juga bisa menjaga keselamatan orang lain.
“Karena jika ada satu orang yang positif dan berkeliaran, ini bisa berisiko untuk menularkan kepada orang lain. Jadi, kita perlu menjaga dengan tidak menjadi sumber penularan,” ungkapnya saat dihubungi wartawan Suara.com, Senin (7/2/2022).
Baca Juga: Rawat 5.028 Pasien Positif Covid-19, Keterisian RSDC Wisma Atlet Jadi 61 Persen
“Ini menjadi penting, seperti tempat publik, wisata maupun pusat perbelanjaan untuk menerapkan aplikasi Peduli Lindungi. Karena dengan aplikasi itu, kita bisa memantau apakah seseorang boleh beraktivitas di tempat publik atau tidak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, untuk masyarakat yang positif tapi masih berkeliaran, sanksi yang diberikan bersifat persuasif dan edukatif.
“Sanksi nya persuasif dan edukatif. Tapi kalau sampai merugikan orang banyak, tentu dari sisi kacamata aparat hukum ya, untuk melihatnya,” ungkap dr. Siti Nadia.