WHO: Subtipe Omicron BA.2 Telah Menyebar ke Puluhan Negara, Berisiko Menjadi Varian Dominan

Cesar Uji Tawakal | Rosiana Chozanah
WHO: Subtipe Omicron BA.2 Telah Menyebar ke Puluhan Negara, Berisiko Menjadi Varian Dominan
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

BA.2 telah menjadi kasus yang mendominasi di beberapa negara, seperti Denmark dan Inggris.

Suara.com - Subtipe varian Omicron, BA.2, telah menyebar dengan cepat di Eropa dan Asia. Lama-kelamaan varian ini bisa menjadi dominan.

Direktur regional untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dorit Nitzan, mengatakan bahwa subtipe Omicron BA.2 telah ditemukan di 67 negara, dan telah menjadi varian dominan baru di Denmark serta Inggris.

BA.2 telah menyumbang 82% kasus baru pada 31 Januari di Denmark, berdasarkan data Outbreak.info.

Ahli epidemiologi di Kopenhagen, Lone Simonsen, mengatakan kepada Newsweek bahwa BA.2 sudah dominan di Denmark, tetapi tidak ada peningkatan Covid-19 parah atau pasien yang dirawat di ICU.

Baca Juga: Alert! Kemenkes Peringatkan Potensi Peningkatan Covid-19

"Pendapat saya, BA.2 adalah varian yang lebih cepat menular tetapi tidak mematikan," jelas Simosen.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Di Inggris, subtipe Omicron ini telah menyumbang 9% kasus baru pada 3 Februari lalu, meningkat tajam sejak Januari ketika BA.2 hanya menyumbang 1% kasus Covid-19.

Sementara itu, varian yang dijuluki 'siluman Omicron' karena bisa terdeteksi secara berbeda pada tes PCR, ini menyumbang sekitar 18% dari kasus infeksi baru virus corona.

"Sudah ada indikasi dari peningkatan pesat BA.2 di Denmark pada awal Januari bahwa itu mungkin lebih menular daripada BA.1. Ini sekarang telah didukung oleh analisis di Inggris dan negara-negara lain," jelas Profesor Epidemiologi Vaksin di London School of Hygiene & Tropical Medicine Inggris, Mark Jit.

Namun, ada beberapa hal yang belum jelas. Misalnya, seberapa tingkat keparahan varian BA, apakah virus dapat menghindari antibodi, dan profil imunologi dari berbagai negara.

Baca Juga: Virus Corona Ngamuk Lagi, Kasus Covid-19 di Singapura Meroket Hingga Dua Kali Lipat

"Jadi, apa yang terlihat di satu negara mungkin tidak selalu terjadi di negara lain," imbuh Profesor Evolusi dan Genomik di Universitas Oxford, Aris Katzourakis.