Terpopuler Health: Kata Kemenkes Soal Turis Positif Covid-19 Keliling Malang, Penyebab Sakit Tenggorokan Selain Omicron

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 08 Februari 2022 | 10:34 WIB
Terpopuler Health: Kata Kemenkes Soal Turis Positif Covid-19 Keliling Malang, Penyebab Sakit Tenggorokan Selain Omicron
Viral! Orang Positif Covid-19 Gagal Ke Bali Malah Keliaran di Malang, Kemenkes Buka Suara. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemenkes buka suara terkait turis yang positif Covid-19 tapi malah keliling kota Malang menjadi berita kesehatan terpopuler kemarin, Senin (7/2/2022).

Ada juga ragam penyebab sakit tenggorokan selain infeksi Covid-19 varian Omicron hingga data seputar pasien meninggal karena Covid-19.

Simak rangkuman berita kesehatan terpopuler lainnya dari Suara.com, berikut ini.

1. Viral! Orang Positif Covid-19 Gagal Ke Bali Malah Keliaran di Malang, Kemenkes Buka Suara

Baca Juga: Terpopuler: 50 Persen Pasien Covid-19 Meninggal di ICU Belum Divaksinasi Hingga Gejala Omicron Sakit Tenggorokan

Viral! Orang Positif Covid-19 Gagal Ke Bali Malah Keliaran di Malang, Kemenkes Buka Suara. (Dok: Istimewa)
Viral! Orang Positif Covid-19 Gagal Ke Bali Malah Keliaran di Malang, Kemenkes Buka Suara. (Dok: Istimewa)

Sebuah unggahan seorang yang mengaku positif Covid-19 tapi masih berkeliaran tanpa isolasi viral di media sosial. Bahkan ia keliling ke sejumlah tempat wisata di kawasan Jawa TImur. 

“Batal ke Bali karna mo nyebrang feri Ketapang gili malah positif Covid-19. Akhirnya keliling Batu-Malang dan sekitarnya, ternyata banyak destinasi yang belum dikunjungi. Omicron kali ini ringan gejalanya, mungkin karna alumni delta sebelumnya jadi hampir tak terasa,” ungkap postingan itu.

Baca selengkapnya

2. Sakit Tenggorokan Tak Selalu Gejala Omicron, Ini 5 Penyebab Lainnya

Ilustrasi sakit tenggorokan gejala omicron. (freepik)
Ilustrasi sakit tenggorokan gejala omicron. (freepik)

Sakit tenggorokan menjadi salah satu gejala paling umum bagi pasien virus corona varian Omicron. Sejak kasus Covid-19 di Indonesia meningkat, kewaspadaan terkait gejala omicron juga bertambah.

Baca Juga: Viral! Orang Positif Covid-19 Gagal Ke Bali Malah Keliaran di Malang, Kemenkes Buka Suara

Masyarakat banyak mengeluhkan mengalami sakit tenggorokan. Tapi, tidak semua sakit tenggorokan berarti merupakan gejala omicron.

Baca selengkapnya

3. Cegah Peradangan Jantung, CDC Ingin Jeda Penyuntikkan Dosis Keempat Vaksin Covid-19 Diperpendek

Ilustrasi peradangan jantung (Elements Envato)
Ilustrasi peradangan jantung (Elements Envato)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Penyakit Amerika Serikat, CDC, mempertimbangkan untuk mengubah pedoman jeda waktu penyuntikkan dosis vaksin Covid-19.

CDC berencana memperpendek waktu antara dosis vaksin guna menurunkan risiko peradangan jantung bagi orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan. Usul perubahan pedoman itu akan berlaku untuk vaksin merek Moderna dan Pfizer.

Baca selengkapnya

4. Kemenkes: 50 Persen Pasien Covid-19 di ICU yang Meninggal Belum Divaksinasi

Ilustrasi pasien corona meninggal. [Foto: Istimewa]
Ilustrasi pasien corona meninggal. [Foto: Istimewa]

Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa hasil sampel dari rumah sakit rujukan Covid-19 RSPI Sulianti Saroso terbukti kalau vaksinasi efektif mengurangi risiko fatal infeksi virus corona.

Data sampel didapat dari hasil penelitian terhadap pasien Covid-19 yang dirawat di ruangan ICU dengan kondisi vmberat dan kritis. Dari 12 sampel pasien yang dirawat 6 pasien (50 persen) di antaranya belum melakukan vaksinasi. Ternyata, tiga pasien yang belum divaksinasi tersebut telah meninggal dunia.

Baca selengkapnya

5. Orangtua Terlalu Mengatur Kebutuhan dan Keinginan Anak, Awas Bahaya Pola Asuh Helikopter Parenting!

Ilustrasi orangtua bertengkar di depan anak. (Shutterstock)
Ilustrasi orangtua bertengkar di depan anak. (Shutterstock)

Setiap orangtua tentu ingin apa pun yang terbaik untuk anaknya. Tetapi, memutuskan hal penting bagi anak sebelum berdiskusi dengannya juga bisa menjadi pola asuh yang toksik.

Tindakan itu bisa jadi tanda-tanda dari helicopter parenting. Dikutip dari Ruang Guru, helicopter parenting merupakan gaya mengasuh dengan orangtua yang terlalu fokus terhadap anaknya. Mereka terlalu mengatur atau ikut campur terhadap pengalaman anak, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan anak.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI