Varian Omicron Bisa Menginfeksi Penyintas COVID-19, Benarkah Karena Pengaruh Genetika?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 07 Februari 2022 | 10:27 WIB
Varian Omicron Bisa Menginfeksi Penyintas COVID-19, Benarkah Karena Pengaruh Genetika?
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meningkatnya kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir tak lepas dari merebaknya varian Omicron. Tidak sedikit dari pasien COVID-19 saat ini sebelumnya sudah pernah terinfeksi varian Delta.

Lalu, apa alasan penyintas COVID-19 bisa kembali terinfeksi? Benarkah ada pengaruh genetika?

Menjawab pertanyaan ini, Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, menjelaskan setidaknya ada tiga kemungkinan mengapa seseorang dapat terinfeksi COVID-19 kembali walaupun sebelumnya sudah pernah sakit.

"Pertama adalah karena sekarang yang menyerang adalah varian Omicron. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa varian Omicron ini memang dapat menembus pertahanan tubuh yang terbentuk karena seseorang pernah sakit sebelumnya," tutur Prof Tjandra dalam keterangan yang diterima Suara.com.

Baca Juga: Update Covid-19 Global: Malaysia Alami Lonjakan Kasus Positif Akibat Virus Corona Varian Omicron

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Ia menyebut sejumlah penelitian menemukan risiko infeksi ulang oleh varian Omicron cukup tinggi. Prof Tjandra mengutip sebuah peneltian yang menunjukkan risiko relatif terinfeski ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksin dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin.

"Jadi walaupun sudah divaksin maka kemungkinan tetap terinfeksi Omicron memang mungkin terjadi, hanya diharapkan tanpa gejala atau keluhannya ringan saja," tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Kedua, orang dapat tetap sakit walaupun sudah divaksin lengkap, dan bahkan mungkin sesudah dapat booster. Ini terjadi karena memang efikasi vaksin tidaklah 100 persen. Sehingga masih ada kemungkinan sakit, atau yang disebut sebagai “breakthrough infection”.

Karena itu ia meminta masyarakat untuk melakukan vaksinasi bagi yang belum, dan juga mendapatkan vaksin booster alias dosis ketiga. Dengan begitu, perlindungan terhadap risiko keparahan dan kefatalan bisa turun, membuat infeksi COVID-19 tidak membahayakan nyawa.

Lalu yang terakhir, adalah status suseptibilitas genetika seseorang. Prof Tjandra menyebut penelitian mengungkap faktor ini tengah diteliti oleh ilmuwan.

Baca Juga: Akibat Virus Corona Varian Omicron, Kasus Positif Korea Capai 1 Juta Jiwa

"Yang sudah diteliti a.l peran polimorfisme ACE2, fenomena “type 2 transmembrane serine proteases (TMPRSS2)” dan genotype “HLA-B*15:03” yang dihubungkan dengan kejadian sakit. Memang bukti ilmiah untuk ini belumlah terlalu jelas, tetapi akan baik kalau dilakukan juga penelitian suseptibilitas genetika COVID-19 di Indonesia," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI