Kondisinya semakin parah. Bahkan, setiap berolahraga dia pingsan. Kekasihnya pun membawanya ke UGD.
“Saya dirawat dengan dugaan kehamilan ektopik dan menjalani ultrasound dan kemudian CT dan MRI scan dan banyak tes darah. Ketika hasilnya muncul, di situlah saua diberi diagnosis," lanjutnya.
Ternyata, tumornya telah pecah dan dokter mendiagnosisnya dengan kanker ovarium stadium 1. Seketika itu juga Hannah menjalani operasi pengangkatan tumor yang pecah itu.
Dia menjalani empat putaran kemoterapi selama seminggu.
Pengalamannya ini membuat Hannah ingin mendorong orang lain untuk terbuka dengan kesehatan mereka, dengan harapan dapat memicu perubahan.
“Stigma yang melekat pada keluhan tentang nyeri/masalah menstruasi dan semua gejala yang termasuk harus dihentikan. Begitu banyak kehidupan yang terpengaruh olehnya," tandas Hannah.