Awalnya Dikira Stres oleh Dokter, Ternyata Perubahan Menstruasi Wanita Ini Disebabkan Kanker Ovarium

Senin, 07 Februari 2022 | 08:30 WIB
Awalnya Dikira Stres oleh Dokter, Ternyata Perubahan Menstruasi Wanita Ini Disebabkan Kanker Ovarium
Ilustrasi menstruasi (Pixabay.com/@nastya_gepp)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang wanita bernama Hannah Catton (24) mengalami berbagai gejala yang selalu dianggap dokter masalah kecil sebelum didiagnosis menderita kanker ovarium.

Berdasarkan laporan 7News Australia, selama bertahun-athun wanita asal Melbourne ini menderita infeksi saluran kemih berulang, perut kembung, dan menstruasi yang menyakitkan serta tidak teratur.

Kondisi ini terjadi sejak tahun 2019, ketika ia berulang kali mengalami ISK. Dokter sering meresepkan antibiotik. Pada September 2020, menstruasinya menjadi tidak menentu dan menyakitkan.

Dia melacak gejalanya sehingga ia bisa memberi tahu dokter, yakni gejala ISK, kembung, sembelit, diare, nyeri, gas, dan hot flashes, sensasi panas pada tubuh bagian atas terutama pada dada, leher, atau wajah.

Baca Juga: Waspada! Ini Gejala Hingga Penyebab Stres yang Dialami Karyawan Di Tempat Kerja

Salah satu dokternya mengaitkan perubahan menstruasinya dengan stres dan merekomendasikannya untuk kembali ditindak lanjut dalam tiga bulan.

Ilustrasi gambar (freepik)
Ilustrasi siklus menstruasi (freepik)

Tidak puas, Hannah pun pergi ke dokter lainnya.

"Sekitar bulan Maret saua periksa lagi dengan semua gejala tersebut yang saya kaitkan dengan menstruasi saya dan ini (dokter) sekali lagi memberi tahu saya bahwa saya stres," ujar Hannah.

Bahkan, sang dokter mengatakan Hannah sedikit kelebihan indeks massa tubuh sehingga harus menurunkannya dan menyuruhnya makan makanan sehat. Hannah pun kecewa.

"Saya merasa seperti saya dianggap membuang-buang waktu. Mereka sangat mengecewakan," imbuh Hannah.

Baca Juga: 3 Doa saat Stres, Bacalah Secara Rutin Agar Mendapatkan Pertolongan Allah SWT dan Ketenangan Pikiran

Seiring waktu rasa sakitnya bertambah dan dia akhirnya menemui seorang ginekolog yang menyuruhnya untuk USG. Setelah itu, baru diketahui bahwa Hannah memiliki fibroid selebar 10cm di rahimnya.

Kondisinya semakin parah. Bahkan, setiap berolahraga dia pingsan. Kekasihnya pun membawanya ke UGD.

“Saya dirawat dengan dugaan kehamilan ektopik dan menjalani ultrasound dan kemudian CT dan MRI scan dan banyak tes darah. Ketika hasilnya muncul, di situlah saua diberi diagnosis," lanjutnya.

Ternyata, tumornya telah pecah dan dokter mendiagnosisnya dengan kanker ovarium stadium 1. Seketika itu juga Hannah menjalani operasi pengangkatan tumor yang pecah itu.

Dia menjalani empat putaran kemoterapi selama seminggu.

Pengalamannya ini membuat Hannah ingin mendorong orang lain untuk terbuka dengan kesehatan mereka, dengan harapan dapat memicu perubahan.

“Stigma yang melekat pada keluhan tentang nyeri/masalah menstruasi dan semua gejala yang termasuk harus dihentikan. Begitu banyak kehidupan yang terpengaruh olehnya," tandas Hannah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI