Suara.com - Pemahaman masyarakat Indonesia tentang kanker masih relatif rendah. Sehingga seringkali sulit mengenali gejala sejak awal yang berpengaruh terhadap penanganan dan perawatan.
“Kanker itu istilahnya tidak bisa dicegah, tapi bisa dideteksi lebih dini. Dengan pengetahuan yang meningkat maka tingkat deteksi dininya juga meningkat,” ujar Project Senior Manager ONE Onco, Yoppy Hadi Soeyanto dalam keterangannya, Sabtu, (05/2/2022).
Hal itu pula, lanjut Yoppy, mendorong pihaknya untuk membuat menyediakan situs web oneonco.co.id yang berbagai informasi mengenai kanker, penyebabnya, cara deteksi dini, hingga penjelasan tentang pengobatannya.
Yoppy juga menjelaskan bahwa inisasi tadi terintegrasi dengan klikdokter.com untuk bisa memberikan pelayanan telekonsultasi tentang kanker dan nutrisi seputar kanker. Masyarakat yang telah menyadari pentingnya informasi kanker juga dipermudah untuk merencanakan pengecekan kesehatan di rumah sakit di tengah pandemi. Sebab, ONE Onco telah berkolaborasi dengan fasilitas kesehatan.
“Misalnya untuk masyarakat sudah aware untuk pap smear maupun USG payudara, namun khawatir untuk ke rumah sakit karena pandemi. Ekosistem kami memungkinkan untuk bisa memesan layanan skrining tersebut, tentu lebih mudah karena dengan website saja sudah terhubung dengan fasilitas kesehatannya, sudah bisa melakukan booking, bahkan bisa langsung pembayaran,” tuturnya.
“Satu langkah terakhir untuk proses itu memang harus datang ke rumah sakit. Tentunya itu telah menghemat waktu untuk tidak harus bolak-balik ke rumah sakit,” tambahnya.
Obat-obatan untuk terapi kanker sangat penting bagi para pejuang kanker. Kalbe Farma sendiri lebih dari 20 tahun memasarkan obat-obatan untuk terapi kanker, mulai dari kenoterapi, hormonal terapi, suporting terapi, terapi target, hingga imuno terapi. Kemudian, memiliki pabrik sendiri yang memproduksi obat-obatan onkologi milik Kalbe Group, sejak lima tahun lalu. Bahkan, hampir 80 persen obat-obatan kanker Kalbe terserap di BPJS.
“Sebanyak 30-40 jenis dan variasi kemasan obat-obatan terkait terapi kanker, menurut catatan kami membantu lebih dari sekitar 350.000 pasien pada tahun 2020, dengan 1,2 juta unit kemoterapi. Sebagai catatan, di tahun yang sama ada sekitar 950.000 kasus. Kita mewakili membantu 37 persen pasien yang membutuhkan kemoterapi,” ungkapnya.
Nutrisi yang tepat juga perlu diperhatikan. Sebab, tidak sedikit penyintas yang mengaku kehilangan napsu makan.
Lebih lanjut Yoppy menjelaskan bahwa pejuang kanker tidak hanya membutuhkan obat-obatan dan nutrisi, melainkan, dukungan psikososial dari komunitas kanker.
Baca Juga: Cerita Dibalik Usaha Warung Masakan Indonesia di London
"Tentu hal ini dapat menjadi salah satu yang paling ampuh dalam membantu proses perawatan yang tengah mereka jalankan," kata Yoppy.