Dari Kelelahan Hingga Depresi, WHO dan ILO Ungkap Dampak Bekerja Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19:

Jum'at, 04 Februari 2022 | 14:55 WIB
Dari Kelelahan Hingga Depresi, WHO dan ILO Ungkap Dampak Bekerja Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19:
Ilustrasi bekerja dari rumah. (Unsplash/Christin Hume).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pelaksanaan kerja jarak jauh atau teleworking punya dampak positif dan negatif bagi lingkungan juga kesehatan.

Dalam laporan terbarunya bersama Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) disebutkan bahwa perlu adanya langkah-langkah khusus untuk melindungi kesehatan pekerja selama kerja dari jarak jauh.

Teleworking makin marak dilakukan sejak terjadi pandemi Covid-19 juga transformasi digital pekerjaan.

Kedua lembaga PBB itu sepakat kalau teleworking bisa peningkatan keseimbangan kehidupan para pekerja, peluang untuk jam kerja dan aktivitas fisik yang fleksibel, pengurangan kepadatan lalu lintas, efisiensi waktu untuk bepergian, hingga penurunan polusi udara.

Baca Juga: 4 Cara Menghilangkan Rasa Mengeluh Berlebih, Salah Satunya Selalu Berpikir Positif

Berbagai manfaat tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, juga kesejahteraan sosial. Menurut WHO dan ILO, teleworking juga dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya operasional lebih rendah bagi perusahaan.

Ilustrasi bekerja dari rumah. (Unsplash/Bench Accounting)
Ilustrasi bekerja dari rumah. (Unsplash/Bench Accounting)

Tetapi, teleworking tanpa perencanaan, organisasi yang tepat, dan dukungan kesehatan dan keselamatan juga bisa berdampak terhadap kesehatan fisik, mental, serta kesejahteraan sosial pekerja menjadi signifikan. 

"Ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi, kelelahan, depresi, kekerasan di rumah, cedera muskuloskeletal, ketegangan mata, peningkatan konsumsi rokok dan alkohol, waktu duduk dan layar yang lama, dan penambahan berat badan yang tidak sehat," tutur WHO, dikutip dari situs resminya.

Peran pemerintah, pengusaha, pekerja, dan layanan kesehatan di tempat kerja dinilai penting dalam mempromosikan dan melindungi kesehatan serta keselamatan saat bekerja dari jarak jauh. 

 “Dalam hampir dua tahun sejak dimulainya pandemi, menjadi sangat jelas bahwa kerja jarak jauh dapat dengan mudah membawa manfaat kesehatan, dan juga dapat berdampak buruk. Dampaknya tergantung pada sikap pemerintah, pengusaha, dan pekerja itu sendiri. Juga apakah ada layanan kesehatan kerja yang inventif," tutur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO Dr Maria Neira, Direktur.

Baca Juga: Omicron Belum Capai Puncak, WHO: Terlalu Dini Bilang Menang Lawan Covid-19

Tindakan yang harus dilakukan oleh pengusaha termasuk memastikan bahwa pekerja menerima peralatan yang memadai untuk menyelesaikan tugas pekerjaan.

Selain itu, memberikan informasi, pedoman dan pelatihan yang relevan untuk mengurangi dampak psikososial dan kesehatan mental akibat kerja jarak jauh juga hari istirahat yang cukup. 

WHO menekankan bahwa layanan kesehatan kerja harus diaktifkan untuk memberikan dukungan ergonomis, kesehatan mental dan psikososial dengan menggunakan teknologi digital.

“Teleworking, khususnya pekerjaan hybrid akan tetap ada dan kemungkinan akan meningkat setelah pandemi, karena perusahaan dan pekerja sama-sama telah mengalami manfaatnya,” kata Direktur Departemen Tata Kelola dan Tripartit ILO Vera Paquete-Perdigão.

Dalam laporan WHO dan ILO itu juga dituliskan bahwa perusahaan yang menerapkan teleworking harus memiliki rencana kerja jarak jauh dengan mengklarifikasi prioritas, jadwal kerja yang jelas, juga hasil kerja yang diharaokan perusahaan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI