Suara.com - Virus corona varian Omicron membuat kasus infeksi Covid-19 kembali meningkat tajam tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Pada 30 Januari 2022 lalu, angka infeksi baru di Indonesia mencapai 12.442 orang.
Tak hanya itu, okupansi tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) juga ikut meningkat dan kembali menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Dokter Spesialis Penyakit Paru dari RSUP Persahabatan Dr.dr. Erlina Burhan mengatakan bagaiman sejak awal Januari 2022, terjadi perkembangan kasus infeksi Covid-19 yang signifikan.
Kata Erlina, di awal tahun kasus infeksi masih di bawah 200 kasus namun kemudian meningkat hingga mencapai angka ribuan. Kematian akibat Omicron juga sudah dilaporkan.
Ia menjelaskan, awalnya kasus Omicron di Indonesia merupakan kasus impor yang dibawa oleh orang dari perjalanan luar negeri atau Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Tetapi kini berubah dan banyak kasus Omicron terjadi akibat penularan di komunitas yang diduga sudah lebih dari 20 persen.
"Asumsi saya, kalau dilakukan pemeriksaan, sebagian besar kasus yang terjadi di Indonesia sudah Omicron," kata dr. Erlina dalam jumpa pers bersama Imboost, Kamis (3/2/2022).
Andai kasus Omicron naik dan terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021, maka kemungkinan sistem kesehatan juga akan ikut kewalahan. Karena semakin banyak kasus positif, kata Erlina, maka makin banyak juga orang yang perlu dirawat baik secara isolasi mandiri di rumah, maupun di berbagai Rumah Sakit.
"Virus ini tertular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian. Saya juga sarankan jangan makan bersama di kantor, melainkan makan sendiri-sendiri di ruangannya masing-masing. Karena pada saat makan, kita buka masker dan kemungkinan penularan tinggi," paparnya.
Sementara itu, lanjut dr. Erlina, kita sering terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan. Hal ini memang membuat masyarakat tidak panik, tapi baginya waspada itu tetap hal yang penting.
Baca Juga: Kasus Omicron Ditemukan di Riau, Tapi dari Warga Luar yang Numpang Lewat
Data menunjukkan penyakit yang ditimbulkan Omicron, lebih ringan daripada delta. Namun perlu diwaspadai, gejala ringan terjadi pada kelompok mereka yang sehat dan muda.
Tetapi, untuk kelompok tertentu, contohnya orang lanjut usia, anak-anak balita yang belum divaksin, orang kormobid (penyakit bawaan yang kronis dan tidak terkendali), yang pada akhirnya perlu dirawat di Rumah Sakit.
"Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok itu mudah sekali tertular. Apalagi, mereka yang lansia sekaligus kormobid, ditambah lagi tidak divaksinasi. Jangan terlalu meremehkan, karena ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi,” papar dr. Erlina.
Untuk itu, dr. Erlina mengatakan, masyarakat lerlu meningkatkan lagi protokol kesehatan. Serta perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.
Selain itu, konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan imunitas. Jika memungkinkan, sediaan 1 kali sehari kombinasi vitamin dan imunomodulator akan lebih praktis bagi masyarakat.