Suara.com - Indonesia akan menjadi tuan rumah turnamen internasional MotoGP di Mandalika, Lombok, pada 20 Maret 2022. Tapi di sisi lain, negara kita tengah mengalami lonjakan kasus varian omicron.
Laporan Satgas Covid-19 pada Kamis (3/2) sore tercatat kasus baru Covid-19 sebanyak 27.197 dalam sehari, dan jumlah itu menjadi terbanyak selama 2022.
Berkaca dari gelombang kedua Covid-19 akibat varian Delta yang terjadi di Indonesia tahun lalu, di mana puncak kasus positif terjadi pada pertengahan Juli, yang jumlahnya mencapai lebih dari 57 ribu per hari. Setelah itu, kasus positif baru turun kembali hingga di bawah 10 ribu per hari pada awal September 2021.
Bagaimana dengan lonjakan kasus varian Omicron? Bisakah kasus positif lebih cepat turun sebelum turnamen internasional MotoGP berlangsung?
Baca Juga: ITDC Minta Keringanan Pajak Untuk MotoGP Mandalika, DPRD : Tidak Ada Alasan
Epidemiolog Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan, gelombang Covid-19 akibat berbagai jenis varian punya karakteristik berbeda. Selain karena perbedaan sifat pada varian virus, faktor perilaku manusia juga tingkat vaksinasi akan mempengaruhi tren gelombang kasus yang terjadi.
"Berdasarkan pengamatan saya di banyak negara, (lonjakan Omicron) memiliki karakter yang berbeda (dengan Delta). Ini antara lain dipengaruhi, satu, perilaku manusia, kedua varian itu sendiri. Kalau Delta kita tahu lebih berdampak serius pada paru dan secara klinis jauh lebih parah. Ketiga yaitu cakupan vaksinasi," jelasnya dihubungi suara.com, Kamis (3/2/2022).
Wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah berisiko terjadi lonjakan kasus yang serius dengan peningkatan angka kematian.
Dicky menyampaikan, berdasarkan pengamatan dari negara lain yang lebih dulu terpapar varian Omicron, bahwa lonjakan kasus positif memang terjadi lebih cepat. Akan tetapi, lonjakan pada setiap daerah di satu negara bisa saja berbeda.
"Jangankan Indonesia yang berkepulauan, di Australia saja antar kota juga berbeda. Ada yang sudah mencapai puncaknya, ada beberapa kota akan berbeda. Oleh karena itu, bicara Indonesia, khususnya Jawa-Bali, bisa jadi tidak akan sama masa puncaknya," jelas Dicky.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Paket Hotel Plus Tiket Nonton MotoGP di Sirkuit Mandalika Lombok!
Terkait penyelenggaraan MotoGP yang kurang dari dua bulan lagi pelaksanaannya, Dicky menyarankan agar pemerintah tidak hanya mempercepat vaksinasi primer di lokasi pelaksanaan turnamen. Tetapi penyuntikan booster Covid-19 juga harus turut digemjot.
"Harus dilihat daerah tersebut polanya, artinya untuk merespon, mencegah ledakan harus dipercepat, bukan hanya dosis tapi juga booster. Termasuk juga 3T dan 3M harus dilaksanakan," ujarnya.
Menurut Dicky, daerah dengan tingkat vaksinasi Covid-19 tinggi kemungkinan lonjakan kasus positifnya akan lebih pelan. Sehingga tidak terlalu berdampak terhadap fasilitas layanan kesehatan dan potensi kematian.
"Karena sirkulasinya di orang yang sudah punya imunitas. Tapi bisa juga ketika merambah sekali masuk ke berisiko tinggi, itu yang berbahaya," pungkasnya.