Afrika Selatan Cabut Kewajiban Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 Tanpa Gejala, Apa Alasannya.

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 01 Februari 2022 | 22:48 WIB
Afrika Selatan Cabut Kewajiban Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 Tanpa Gejala, Apa Alasannya.
Ilustrasi isolasi atau karantina COVID-19 - (Pixabay/Alexey_Hulsov)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan peraturan yang menimbulkan perdebatan, setelah tak lagi mewajibkan isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 yang tidak bergejala.

Tak hanya itu, dengan alasan kekebalan yang sudah terbentuk, masa isolasi pasien COVID-19 yang bergejala pun dipangkas dari 10 hari menjadi 7 hari.

Menteri Kepresidenan Mondli Gungubele menyampaikan hal itu melalui pernyataan pada Senin (31/1). Menyusul sidang Kabinet khusus sebelumnya tentang amendemen, otoritas membuat perubahan berdasarkan lintasan pandemi dan tingkat vaksinasi.

Afrika Selatan saat ini berada di level terendah dalam status COVID-19 tahap lima.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Palembang Capai 96 Orang, Dinkes: Semoga Tak Naik Usai Libur Imlek

Pandemi Covid-19 di Afrika Selatan. (shutterstock)
Pandemi Covid-19 di Afrika Selatan. (shutterstock)

"Dasar untuk amendemen ini diinformasikan oleh proporsi orang-orang dengan imunitas COVID-19 yang meningkat secara substansial, melampaui 60-80 persen di sejumlah survei serum," tulis pernyataan pemerintah.

"Informasi itu disatukan melalui sistem yang digunakan Departemen Kesehatan yang melaporkan bahwa Afrika Selatan secara nasional sudah terbebas dari gelombang keempat," tambahnya.

Pengidap COVID-19 bergejala kini hanya akan menjalani isolasi selama tujuh hari, bukan 10 hari. Sedangkan kontaknya tidak mesti melakukan isolasi apabila mereka tidak mengalami gejala.

Kabinet juga meninjau dilanjutkannya sekolah penuh waktu, memutuskan bahwa siswa SD, SMP dan sekolah khusus akan kembali bersekolah setiap hari.

Aturan menjaga jarak sosial 1 meter yang diterapkan di sekolah juga dihapus, seperti yang tercantum dalam pernyataan itu. Afrika Selatan, yang mencatat lebih dari 3,6 juta infeksi dan 95.093 kematian COVID-19, menjadi negara Afrika terparah yang dihantam pandemi, baik kasus maupun kematian.

Baca Juga: Pulang dari Bogor, Warga Gunung Kidul Yogyakarta Positif Covid-19 Varian Omicron

Gelombang terakhir di negara tersebut didorong varian Omicron yang sangat menular.

Pada Senin data dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) menunjukkan terdapat 1.366 kasus harian dan 71 kematian baru, yang 14 di antaranya terjadi dalam 1-2 hari terakhir. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI