Suara.com - Konsumsi rokok di seluruh dunia masih terbilang tinggi, tidak terkecuali di Indonesia. Zat adiktif yang ada di dalamnya membuat seorang yang mengonsumsinya cenderung ketergantungan.
Selain dari itu, di masyarakat sendiri masih kerap tersebar mitos yang dipercaya secara luas. Dilansir dari Healthshots, berikut ini mitos terkait rokok seperti diungkapkan oleh Kepala Departemen Onkologi Radiasi dari Rumah Sakit Shalimar Bagh, Dr. Vineeta Goel.
Mitos Pertama: Rokok Filter Lebih Aman
Faktanya, sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa rokok filter lebih aman. Namun, mitos ini lebih dipercaya bahwa rokok filter lebih baik dibanding non-filter. Meski demikian, rokok filter tidak melindungi seorang dari bahan kimia yang terkandung dalam rokok.
Baca Juga: Wali Kota Bobby Nasution Minta Laporkan Sekolah yang Tak Penuhi Standar Protokol Kesehatan
“Rokok ini dirancang untuk membuat partikel asap lebih kecil, yang membuat nikotin lebih mudah diserap,” ungkap Dr. Vineeta.
Mitos Kedua: Rokok Bisa Menghilangkan Stres
Mungkin mitos ini sering terdengar di kalangan masyarakat, salah satunya merokok bisa menghilangkan stres. Namun, benarkah demikian? Ternyata merokok tidak bisa mengurangi stres, yang ada bisa meningkatkan stres. Menurut Dr. Vineeta, kadar nikotin dapat menciptakan rasa sensasi secara langsung, di mana efek ini diyakini bisa mengurangi stres dan kecemasan.
“Efek ini tidak bertahan lama. Itu hanya sementara. Bahkan, ini akan meningkatkan kecanduan Anda terhadap rokok,” ungkapnya.
Mitos Ketiga: Merokok Sesekali Tidak Berbahaya
Baca Juga: Jumlah Kasus Covid-19 Omicron di Indonesia Bertambah Terus Menjadi 2.980 Orang
Faktanya Anda salah jika percaya bahwa merokok sekali tidak berbahaya. Justru, setiap kali Anda mulai merokok, itu akan melukai jantung, paru-paru, dan sel-sel di seluruh tubuh Anda.
Mitos Keempat: Rokok Elektrik Lebih Aman
Sekali lagi tidak ada bentuk tembakau yang aman. Bahkan, rokok elektrik yang disebut vape, mengandung nikotin dan bahan kimia racun lainnya dalam bentuk cairan. Cairan ini merupakan obat berbahaya dan adiktif, sehingga dapat memengaruhi kesehatan Anda.
“Ini dapat menempatkan seseorang pada risiko lebih besar terkena paru-paru,” ungkap Dr. Vineeta.
Mitos Kelima: Rokok Berisiko Bagi Ibu Hamil Pada Kelahiran Prematur
Fakta ini diketahui bahwa merokok dapat mempersulit wanita untuk hamil. Tidak hanya melahirkan bayi secara prematur, rokok juga dapat meningkatkan risiko keguguran, kehamilan ektopik, berat badan bayi rendah, dan bibir sumbing.
Mitos Keenam: Merokok Dapat Menghilangkan Rasa Bosan
Fakta mengungkap, merokok tidak membantu Anda mengurangi stres, justru akan meningkatkan kecemasan dan juga ketegangan. Meski merokok bisa menghilangkan rasa bosan, tapi itu tidak akan berangsur lama. Justru efeknya bisa berakhir kecanduan.
Mitos Ketujuh: Tembakau Lebih Sehat Dibanding Rokok
Menurut Dr. Vineeta, tembakau tidak sepenuhnya lebih sehat dibandingkan rokok pada umumnya. “Sementara ini sama sekali tidak benar, karena tembakau tanpa asap tetaplah tembakau, yang menyediakan nikotin bersama dengan zat lain. Dan itu bisa menyebabkan kanker,” ungkapnya.
Mitos Kedelapan: Merokok (perokok pasif) Tidak Berdampak Bagi Orang Lain
Second hand smoker (SHS) yang dikenal sebagai perokok pasif sama-sama berisiko. Jika Anda terus merokok, tentu ini akan berdampak bagi orang yang perokok pasif. Salah satunya berisiko kanker paru-paru, serangan jantung atau stroke, dan penyakit serius lainnya.