China Temukan Virus NeoCov, WHO Akui Sudah Pantau Perkembangannya!

Senin, 31 Januari 2022 | 08:18 WIB
China Temukan Virus NeoCov, WHO Akui Sudah Pantau Perkembangannya!
Ilustrasi virus NeoCov (unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan temuan virus NeoCov oleh para ilmuwan China membutuhkan studi lebih lanjut.

Sebuah tim peneliti Wuhan menemukan virus NeoCov, jenis baru virus corona di antara kelelawar di Afrika Selatan.

Dalam sebuah penelitian, para peneliti mengatakan bahwa virus NeoCov ini bisa mengancam manusia di masa depan.

Virus corona adalah keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS).

Baca Juga: Mengenal Virus NeoCov, Benarkah Masih Bagian dari Virus Corona?

WHO mengatakan bahwa mereka mengetahui perkembangannya, tetapi virus NeoCov ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat risikonya pada manusia.

"Apakah virus yang terdeteksi ini bisa menimbulkan risiko bagi manusia atau tidak perlu studi lanjut," kata WHO dikutip dari NDTV.

Ilustrasi virus NeoCov. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus NeoCov. (Dok. Envato)

WHO juga mengatakan bahwa 75 persen sumber penyakit menular pada manusia disebabkan oleh hewan liar.

Dalam hal ini, virus corona sering ditemukan pada hewan, termasuk kelelawar yang telah diidentifikasi sebagai reservoir alami dari banyak virus corona ini," katanya.

WHO mengatakan sedang bekerja aktif untuk mengatasi virus zoonosis ini. Mereka juga berterima kasih kepada para peneliti China yang telah berbagi hasil penelitiannya tersebut.

Baca Juga: Peneliti Temukan NeoCov, Virus Corona Jenis Baru yang Disebut Berpotensi Jadi Ancaman Umat Manusia

Menurut penelitian, virus NeoCov dapat menembus sel manusia dengan cara yang sama seperti virus corona Covid-19.

"Virus NeoCov hanya membutuhkan satu mutasi lagi untuk menjadi virus yang berbahaya bagi manusia," ujar penelitian tersebut.

Virus ini juga terkait erat dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), penyakit virus yang pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI