Mengenal Virus NeoCov, Benarkah Masih Bagian dari Virus Corona?

Minggu, 30 Januari 2022 | 20:23 WIB
Mengenal Virus NeoCov, Benarkah Masih Bagian dari Virus Corona?
Ilustrasi Virus Corona NeoCov (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Munculnya virus corona varian baru yang tak henti-henti telah menyebabkan jutaan kasus infeksi dan kematian di seluruh dunia.

Salah satunya varian Kappa yang meningkatkan gelombang pertama di awal pandemi, varian Delta yang mendominasi gelombang kedua, hingga akhirnya muncul varian Omicron yang saat ini disebut lebih menular.

Seakan menambah kengerian, belum lama ini para ilmuwan dari Wuhan melaporkan telah menemukan virus diduga virus corona baru pada kelelawar di Afrika Selatan.

Virus tersebut disebut NeoCov, yang diyakini memiliki tingkat kematian dan penularan yang jauh lebih tinggi, ungkap kantor berita Rusia Sputnik.

Baca Juga: Hadiri Maulid Akbar di Majelis Ta'lim Al-Bantani, Gubernur Banten Wahidin Halim Ingatkan Prokes

Lalu, apa itu virus NeoCov?
Mengutip dari Times of India, istilah NeoCov merupakan singkatan dari New Coronavirus yang bisa jadi, dianggap keliru.

Kekeliruan itu disebut karena belum adanya bukti bahwa NeoCov sebagai varian dari SARs-Cov-2, virus penyebab sakit Covid-19.

Menurut ahli, virus yang yang ditemukan pada kelelawar ini sebenarnya lebih berkaitan dengan virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome.

Karena hubungannya yang erat dengan MERS, maka diyakini virus NeoCov lebih mudah menular.

Virus MERS sendiri telah menyebar di dunia sekitar tahun 2012, dan diketahui menyerang pernapasan. Virus ini bersifat zoonosis, yang berpindah dari hewan ke manusia melalui kontak langsung maupun tidak langsung.

Baca Juga: Elma Theana Kembali Positif Covid-19, Alami Batuk dan Sakit Tenggorokan

Virus MERS telah diidentifikasi di beberapa negara, yakni Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.

“Virus Corona sering ditemukan pada jenis hewan, termasuk kelelawar yang telah diidentifikasi sebagai reservoir alami dari banyak virus ini,” ungkap WHO.

Setiap klaim yang dibuat mengenai virus NeoCov, dikatakan belum memiliki bukti mendukung sehingga masih perlu dilakukan penelitian secara ekstensif.

“Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian akan menimbulkan risiko bagi manusia, masih memerlukan studi lebih lanjut,” lanjut WHO kepada berita Ruisa, TASS.

Walaupun masih dilakukan pencarian fakta lebih konkret mengenai NeoCov, namun virus MERS masih menjadi ancaman karena cara penularan infeksi dan tingkat kematiannya.

Penelitian terkait NeoCov sendiri belum ditinjau oleh rekan sejawat, dan diperlukan lebih banyak penelitian serta penilaian, sebelum membangun bukti nyata tentang virus tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI