Suara.com - Gampang berkeringat meski sedang tidak melakukan aktivitas berat? Jika iya, bisa jadi Anda mengalami masalah tiroid.
Menurut dr. Ker Khor Jia dari Gleneagles Hospital Singapura, berkeringat sejatinya adalah proses yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang sedang hangat. Pendinginan dilakukan dengan membuang panas melalui pori-pori kulit dalam bentuk keringat.
Namun jika berkeringat terjadi secara berlebihan, hingga membuat pakaian basah, meski tidak melakukan aktivitas berat, bisa jadi ada masalah tiroid.
"Berkeringat membantu pendinginan saat suhu tubuh sedang hangat. Jika keringat Anda berlebihan, dibanding dengan teman-teman Anda, bisa jadi ada masalah tiroid," tutur dr Ker, mengutip laman Smarter Health.
Baca Juga: Terlalu Banyak Bekerja dan Minum Alkohol, Pria Ini Alami Stroke di Usia yang Masih Muda
dr Ker menyarankan Anda yang selalu berkeringat berlebihan untuk melakukan tes darah. Gunanya, untuk melihat apakah ada masalah tiroid yang sedang Anda alami.
"Jika tes tiroid Anda normal dan keringat Anda masih tetap berlebihan, maka bisa ditangani dengan antiperspirant yang dioleskan ke ketiak, telapak tangan, telapak kaki, atau obat minum untuk menormalkan keringat berlebihan," tambahnya lagi.
Sementara itu mengutip Healthline, keringat berlebih dalam dunia medis disebut sebagai hiperhidrosis. Ada dua jenis hiperhidrosis yang bisa terjadi pada Anda yakni Hiperhidrosis primer dan sekunder.
Kondisi hiperhidrosis fokal primer biasanya terjadi pada satu atau lebih area di tubuh, seperti di ketiak, wajah, saerah selangkangan, telapak tangan, telapak kaki, serta di bawah payudara.
Orang yang memiliki kondisi ini jauh lebih mudah berkeringat ketika tubuhnya terasa panas. Dalam kondisi stres atau tekanan pun, orang ini akan berkeringat.
Baca Juga: Sering Terbangun dan Berkeringat Saat Tengah Malam, Waspadai Tanda Diabetes
Keringat berlebih tanpa kondisi medis terjadi karena saraf yang terlalu aktif membuat kelenjar keringat bekerja.
Di sisi lain, hiperhidrosis sekunder adalah keringat berlebih yang terjadi karena kondisi medis lainnya, seperti diabetes, infeksi, atau perubahan hormon.