Suara.com - Belakangan kesadaran akan isu kesehatan mental meningkat di massyarakat. Termasuk salah satunya memberikan self reward memberi penghargaan kepada diri sendiri agar tidak merugikan diri dan orang lain.
Tapi, Psikolog klinis Inez Kristanti, M.Psi., mengingatkan untuk selalu bersikap bijak setiap kali memilih bentuk self reward.
“Self reward yang bentuknya materi, kita perlu bijak untuk menentukan apa yang tepat untuk kita. Saya juga tidak ingin teman-teman salah kaprah, misalkan jadi beranggapan kalau self reward itu jadi boros,” kata Inez seperti dikutip dari ANTARA.
Inez menegaskan, bahwa self reward merupakan apresiasi kepada diri sendiri yang bisa menimbulkan perasaan bermakna, bahkan bisa jadi menambah motivasi diri sendiri untuk kemudian hari.
Baca Juga: Sama-sama Bercerita, Ini Beda Konsultasi ke Psikolog dengan Curhat ke Teman
Ia melanjutkan, membeli barang-barang tanpa berpikir panjang, bahkan hanya sekadar lapar mata dan merasa ketakutan tertinggal tren atau fear of missing out (FOMO) tidak bisa secara otomatis disebut self reward.
“Ketika mau memberikan reward untuk diri sendiri, kita pikirkan dulu, ini masih masuk akal atau tidak, masuk budget atau tidak. Mungkin tidak harus mahal-mahal, tapi apa, sih, yang bermakna untuk kita. Kadang hal-hal kecil atau barang-barang kecil itu bisa lebih bermakna buat kita,” kata Inez.
Self reward juga bisa dilakukan tanpa melulu mengaitkannya dengan hal-hal material. Sebagai contoh, beri apresiasi dalam bentuk kata-kata afirmasi kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian kecil yang sudah dilakukan dalam satu hari.
“Ada orang yang suka kalau dapat kata-kata afirmasi. Kadang kita menunggunya dari orang lain, pacar, atau pasangan. Tapi kenapa kita tidak beri itu ke diri kita sendiri?” tutur Inez.
Konsep self reward yang dimaknai secara salah kaprah juga bisa berdampak buruk pada perilaku atau kecenderungan yang merugikan orang lain, seperti self sabotage dan selfish atau egois.
Baca Juga: Stres dan Capek? Ini Tanda Saatnya Kamu Perlu Segera Datang ke Psikolog
“Pada hakikatnya self love itu mencintai diri kita sendiri, artinya jangan sampai kita melakukan sesuatu yang justru menyakiti atau merugikan diri kita sendiri atau merugikan orang lain. Menurutku itu batasannya,” kata Inez.
Dalam melakukan apapun yang dianggap sebagai self reward, Inez mengingatkan agar selalu memikirkan kembali efek jangka panjang, apakah akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
“Self reward-nya misalkan makan. Tapi malah memakan makanan yang tidak sehat dan porsi berlebihan. Dalam jangka panjang, mungkin pada akhirnya itu bisa memberikan dampak yang justru buruk untuk diri kita. Self reward malah berubah jadi bukan bersifat baik lagi,” ujarnya.