Di samping itu, seorang sarjana senior dari John Hopkins Center for Health Security di Baltimore, Dr. Amesh Adalja, telah menyetujui bahwa obat CBD ini sangat menjanjikan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Ini adalah studi awal yang perlu konfirmasi lebih lanjut, tetapi obat ini bisa memberi jalan untuk membantu memerangi Covid-19,” ungkap Dr. Amesh.
“Studi lebih lanjut tentang mekanisme pengiriman CBD, konsentrasi CBD dalam uji coba sangat diperlukan untuk mengeksplorasi temuan serta penerapan klinisnya,” lanjut Amesh.
Karena sebagian besar penularan infeksi Covid-19 menyebabkan kerusakan dari sistem kekebalan tubuh, Rosner bersama rekannya menyebut bahwa senyawa CBD dapat membantu mencegah peradangan, sehingga ini melindungi dari kerusakan paru-paru dan organ lainnya.
“Kami hanya ingin tahu apakah CBD akan memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Tidak ada orang waras yang berpikir bahwa ini bisa memblokir replikasi virus. Tapi, itulah yang terjadi,” ungkap Rosner.
Untuk melihat apakah senyawa CBD mampu menangkal virus, tim peneliti menganalisis data dari 1.212 pasien epilepsi, dengan resep obat Epidiolex yang diberikan.
Data yang diambil dari National Covid Cohort Collaborative ditemukan, pasien yang mengonsumsi Epidiolex 35 persen hingga 52 persen, berisiko rendah untuk terinfeksi Covid-19 dibanding pasien lain yang tidak mengonsumsi obat ini.