Suara.com - Pakar kesehatan dari Rumah sakit Akademik Steve Biko, Fareed Abdullah, merupakan ilmuwan yang pertama kali mengungkap bahwa Omicron tidak seperti varian virus corona lain.
Strain Omicron sangat menular tetapi risiko menyebabkan penyakit parah sangat kecil. Studi besar di Inggris dan AS tentang tingkat keparahan penyakit telah mengkonfirmasi pengamatan awal yang dilakukan di Afrika Selatan ini.
Namun, kini ada masalah lain mengenai Omicron di Afrika Selatan, lapor News Sky.
Para pakar kesehatan Afrika Selatan khawatir pada kelompok pengidap HIV, yang memiliki sistem kekebalan sangat lemah.
Baca Juga: Dipindah dari Bali ke Jakarta, Wagub DKI: Sekalipun Ada Varian Omicron Tak Ganggu Pelaksanaan G20
HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Afrika Selatan, dengan perkiraan 8 juta orang atau 13% dari populasi negara itu, mengidap penyakit tersebut.
Ada obat untuk mencegah HIV, yakni antiretroviral, yang memungkinkan sistem kekebalan tubuh mereka untuk berfungsi secara normal. Tetapi pasien perlu minum obat secara konsisten.
Ketika sistem kesehatan Afrika Selatan mulai fokus mengatasi Covid-19, diagnosis dan perawatan terhadap pengidap HIV terabaikan.
Organisasi kesehatan masyarakat seperti Right to Care memperkirakan sekitar 3,6 juta orang tidak terdiagnosis, atau tidak mendapat perawatan rejimen antiretroviral.
"Di Afrika Selatan, kami ingin memastikan bahwa semakin banyak orang dengan HIV mendapatkan pengobatan sehingga mereka tidak termasuk dalam kategor itu, tetapi menurut pendapat saya, di situlah epidemi bergeser sekarang," kata Abdullah, menjelaskan tentang HIV.
Baca Juga: Acara G20 Dipindah ke Jakarta, Wagub DKI Berharap Omicron dan Banjir Bisa Terkendali
Menemukan dan mengintegrasikan kembali pengidap HIV ke dalam sistem kesehatan merupakan salah satu bagian dari tantangan di negara tersebut.
Ilmuwan Afrika Selatan memperingatkan bahwa sangat penting bagi pengidap untuk terus diobati karena kekhawatiran berkembangnya varian virus corona baru yang lebih jahat.