Suara.com - Enam studi baru yang baru-baru dianalisis para ilmuwan menunjukkan bahwa krisis iklim global telah merusak kesehatan janin dan bayi di seluruh dunia.
Para ilmuwan menemukan bahwa peningkatan suhu berkaitan dengan cepatnya penambahan berat badan pada bayi. Hal ini berisiko meningkatkan kasus obesitas di masa depan.
Suhu tinggi juga dikaitkan dengan kelahiran prematur, yang dapat memiliki dampak kesehatan seumur hidup sang bayi, serta peningkatan rawat inap anak-anak, lapor The Guardian.
Kaitan antara panas dan kenaikan berat badan yang cepat pada tahun pertama kehidupan bayi ditemukan oleh ilmuwan dari Israel.
Mereka menganalisis 200.000 data kelahiran dan menemukan bahwa bayi yang terpapar 20% suhu tinggi di malam hari berisiko 5% lebih tinggi mengalami kenaikan berat badan secara cepat.
Sementara itu, studi lain menemukan paparan asap dari kebakaran hutan telah meningkatkan risiko cacat lahir parah sebanyak dua kali lipat, dan polusi udara telah menurunkan kesuburan.
Cacat lahir yang dimaksud adalah gastroschisis, kondisi di mana usus bayi, terkadang organ lain, menonjol keluar dari tubuh melalui lubang kecil di kulit.
"Sejak awal, dari prakonsepsi, masa kanak-kanak hingga remaja, kami mulai melihat dampak penting dari bahaya iklim terhadap kesehatan," jelas peneliti Gregory Wellenius.
Menurutnya, ini adalah masalah yang memengaruhi semua orang. Peristiwa ekstrem ini akan menjadi lebih parah dengan berlanjutnya perubahan iklim.
Baca Juga: Bocah Perempuan Ini Minta Sekuriti Cek Suhu Tubuh Bonekanya
"Inilah mengapa sangat penting bagi kita, bukan di masa depan, tetapi hari ini," sambungnya.
Wellenius mengatakan aspek penting dari penelitian ini adalah terbuktinya orang-orang yang rentan sering menderita efek terburuk dari krisis iklim global, misalnya mereka yang berpenghasilan rendah tetapi tidak memiliki AC atau tinggal di daerah dengan polusi udara tinggi.
"Ini benar-benar masalah kesetaraan dan keadilan kesehatan," tandasnya.