Mengapa Pemeriksaan WGS Penting untuk Tekan Penyebaran COVID-19 di Indonesia? Ini Penjelasan Epidemiolog

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 24 Januari 2022 | 21:26 WIB
Mengapa Pemeriksaan WGS Penting untuk Tekan Penyebaran COVID-19 di Indonesia? Ini Penjelasan Epidemiolog
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemeriksaan whole genome sequence (WGS) sering disinggung sebagai elemen penting yang bisa membantu menekan penyebaran COVID-19 varian Omicron. Apa alasannya?

"Strategi ini memastikan kita dapat mengidentifikasi secara cepat, dan kasus-kasus yang teridentifikasi benar-benar harus dikarantina secara ketat, mempertimbangkan penularan Omicron yang lebih cepat dari varian yang lain," ujar Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Omicron yang masuk dalam variant of concern (VOC) itu, lanjut dia, memerlukan kewaspadaan tinggi dalam menanganinya.

"Semuanya 'unpredictable' (tak terduga), jangan ke depan kebijakan seolah-olah serba mendesak karena kita tidak cepat mendeteksi dan waspada secara dini," tuturnya.

Baca Juga: Tok, Pilkada Serentak Bakal Digelar 27 November 2024

Ilustrasi genome. [Shutterstock]
Ilustrasi genome. [Shutterstock]

Di samping itu, Defriman juga meminta masyarakat untuk terus membudayakan perilaku penerapan protokol kesehatan di saat beraktivitas, yakni dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, serta membatasi perjalanan yang tidak penting.

"Saat ini, jelas protokol kesehatan dengan ketat dan cerdas menjadi andalan yang paling murah dan efektif menekan terjadinya penularan, ketika aktifitas tetap dijalankan," katanya.

Defriman menambahkan, masyarakat tidak boleh mengubah perilaku kebiasaan baru itu meski sudah divaksinasi COVID-19.

"Jangan sampai ketika vaksin sudah dijalankan masyarakat abai, dan merasa sudah kebal terhadap virus tanpa menggunakan masker atau menerapkan protokol kesehatan yang selama ini diterapkan dalam mengurangi risiko penularan," tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dua pasien COVID-19 terkonfirmasi Omicron telah meninggal dunia.

Baca Juga: Pokja Genetik FKKMK UGM tentang Omicron: Tidak Berat Bukan Berarti Jinak

Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang memiliki daya tular tinggi.

"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," ucap juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.

Tercatat, sejak 15 Desember hingga saat ini secara kumulatif tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI