Beberapa Negara Bagian AS Mulai Menguji Kotoran Manusia untuk Mendeteksi Penularan Covid-19 di Wilayahnya

Minggu, 23 Januari 2022 | 16:55 WIB
Beberapa Negara Bagian AS Mulai Menguji Kotoran Manusia untuk Mendeteksi Penularan Covid-19 di Wilayahnya
Ilustrasi Buang Air Besar (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Chicago, Illinois, dan negara bagian lain di Amerika Serikat mulai menguji kotoran manusia untuk mendeteksi virus corona Covid-19.

Awal minggu ini, Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago merilis laporan tentang pengawasan Covid-19 dalam air limbah berdasarkan sampel yang dikumpulkan bulan lalu.

Data mengonfirmasi bahwa selama dua minggu terakhir pada Desember 2021 lalu terdapat peningkatan kasus Covid-19 di tujuh zona lingkungan tempat sampel feses dikumpulkan.

Melansir The Sun, pengawasan air limbah adalah alat penting karena dapat mengindentifikasi kasus yang tidak terdeteksi karena tidak semua orang melakukan pengujian Covid-19.

Baca Juga: 2,1 Juta Warga Kabupaten Bekasi Sudah Divaksin COVID-19

Seperti yang kita tahu, kotoran dan urin dari orang yang terinfeksi virus corona akan masuk ke saluran pembuangan. Setelah di selokan, limbah tersebut menuju salah satu dari tiga pabrik pengolahan air limbah di daerah Chicagoland.

Ilustrasi buang air besar (Shutterstock)
Ilustrasi buang air besar (Shutterstock)

Sampel dari masing-masing tempat pengolahan kemudian diambil untuk dianalisis.

Ide ini muncul ketika China memberlakukan tes swab dubur, dua minggu sebelum Olimpiade Musim Dingin Beijing dimulai.

Cara mengetesnya adalah dengan memasukkan alat swab sepanjang 5 cm yang sebelumnya sudah direndam di air garam ke dubur pasien dan memutarnya. Tes ini dinilai lebih akurat daripada tes SARS-CoV-2 lainnya.

Setelahnya, sampel dianalisis di laboratorium.

Baca Juga: Ketatkan Aturan Covid-19, PM Selandia Baru Batal Nikah

Di sisi lain, Jepang telah meminta China untuk berhenti menggunakan tes ii karena dirasa 'tidak bermartabat'. Sebab, beberapa orang dari negara mereka yang menjalani tes mengaku mengalami tekanan psikologis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI