Suara.com - Seorang pria asal Inggris bernama Kirk Godbeer (31) sedang berusaha meningkatkan kesadaran akan stroke pada kaum muda setelah mengalaminya sendiri pada 2020 lalu.
"Aku tidak tahu bahwa aku berisiko terkena stroke. Aku tidak berpikir di usiaku bisa terkena stroke," kata Godbeer, dilansir Insider.
Pengalamannya dimulai ketika ia bangun dengan rasa panas dan berkeringat pada pukul 03.15 waktu setempat tanggal 29 Maret 2020.
Ketika ia ingin mengambil air, Godbeer sadar dirinya merasa kesemutan tetapi sisi kiri tubuhnya terasa panas.
Baca Juga: Harry Pantja Terserang Stroke, Kenali Gejala dan Penyebabnya!
"Aku mereka sisi kiriku benar-benar lemah. Aku tidak bisa menggenggam menggunakan tangan kiri atau berjalan dengan benar," sambungnya.
Kondisi ini bertahan selama dua hari hingga akhirnya ia memeriksakan diri ke Bristol Royal Infirmary. Tetapi sesampainya di rumah sakit, CT scan dan tes darahnya lancar.
Dua hari tidak ada jawaban, ia pun memutuskan untuk menjalani MRI. Di sinilah baru diidentifikasi bahwa Godbeer terkena stroke.
"Saat itulah emosi dimulai. Stroke? Apakah aku akan baik-baik saja?" imbuh Godbeer, mengungkap apa yang dipikirkannya pada saat itu.
Setelah enam hari di rumah sakit, Godbeer dipulangkan. Tetapi dokter masih tidak tahu dari mana gumpalan darah yang menyebabkan stroke itu berasal.
Baca Juga: Harry Pantja Terserang Stroke 3 Kali, 5 Kondisi Ini Bisa Jadi Pemicunya!
Di rumah ibunya, dia menderita kelelahan terus-menerus, bicara tidak jelas, dan mulai batuk darah. Tiga hari setelah rontgen, dia diberi tahu bahwa ia menderita Covid-19.
Setelah dua minggu isolasi pemulihan Covid, Godbeer juga mulai pulih dari stroke-nya.
Ia melatih diri sendiri agar dapat berbicara lancar dengan bernyanyi selama lima jam. Godbeer juga berjalan naik dan turun satau atau dua tangga empat kali sehari untuk memperkuat otot kakinya.
Godbeer berlatih menyentuhkan jari ke ibu hari sehingga ia dapat menggenggam peralatan makan. Semua proses pemulihan ini memakan waktu lebih dari enam bulan.
Hingga bulan ke-7, Godbeer merasa putus asa dan berpikir untuk mengakhiri dirinya sendiri.
"Aku ingin menyerah pada hidup karena aku tidak tahu bagaimana mengendalikan emosiku," tambahnya.
Sekarang, 22 bulan dari strokenya, Godbeer masih berurusan dengan sakit kaki dan kelelahan. tetapi ia berterima kasih atas dukungan dari keluarga sehingga kesehatan fisik serta mentalnya membaik.
"Aku berhasil melaluinya. Aku bangga berada di kondisi seperti sekarang ini dan dapat berbicara secara terbuka dan jujur tentang stroke," imbuhnya.
Godbeer mengaku bahwa sebelum stroke ia memiliki kebiasaan kerja 60 jam dalam seminggu dan selalu minum alkohol di jam istirahat pekerjaan serta setelah bekerja.
American Herat Association, sekitar 10% hingga 15% stroke terjadi pada orang berusia 18 hingga 45 tahun, dan persentasenya terus meningkat.
Sekitar 80% dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup seperti berolahraga , berhenti merokok, dan mengelola stres.