Suara.com - Pada Rabu (19/1/2022) kemarin, pejabat kesehatan California dan New York mengumumkan orang yang pernah terinfeksi Covid-19 lebih terlindungi dari virus corona varian Delta dibanding orang yang hanya mendapat vaksinasi saja.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi varian Omicron, tambah mereka.
Penyataan tersebut merupakan hasil studi yang mereka lakukan pada Mei hingga November tahun lalu.
Berdasarkan laporan Channel News Asia, penelitian dilakukan ketika kasus varian Delta sedang dominan di negara tersebut.
Baca Juga: Israel Uji Coba Berikan Vaksin Keempat, Antibodi Kuat tapi Tak Mampu Lawan Omicron
"Sebelum varian Delta, vaksin Covid-19 menghasilkan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi terobosan," jelas salah satu penulis studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Ben Silk.
Sementara pada musim panas dan musim gugur tahun lalu, ketika varian Delta menjadi yang dominan di Amerika Serikat, antibodi dari infeksi sebelumnya yang justru melindungi dari infeksi selanjutnya.
Namun, memperoleh kekebalan melalui infeksi alami membawa risiko signifikan.
Studi ini tidak mencakup informasi tentang tingkat keparahan infeksi awal, juga tidak menjelaskan berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi sebelumnya.
Salah satu batasan penting dalam penelitian ini adalah studi dilakukan sebelum ada mandat pemberian vaksin booster.
Baca Juga: Meski Antibodi Menurun, WHO: Belum Ada Bukti Anak dan Remaja Butuh Dosis Booster Covid-19
Tetapi, mereka menegaskan, bukan berarti vaksin Covid-19 tidak melindungi sama sekali. Cara ini tetap menjadi strategi teraman melawan Covid-19.
"Bukti dalam laporan ini tidak mengubah rekomendasi vaksinasi kami. Kita tahu bahwa vaksinasi masih merupakan cara paling aman untuk melindungi diri dari Covid-19," sambung Silk.
Penelitian ini terbit di Laporan Mingguan Morbiditas dan Kematian Pusat AS untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).