Peneliti Jepang Berhasil Ciptakan Masker yang Menyala Saat Terkontaminasi Virus Coronaa

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 19 Januari 2022 | 10:15 WIB
Peneliti Jepang Berhasil Ciptakan Masker yang Menyala Saat Terkontaminasi Virus Coronaa
Ilustrasi Masker (Pexels/Anna)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan di Jepang telah menemukan masker wajah yang bersinar di bawah sinar ultraviolet saat terkontaminasi virus Covid-19. Masker ini tidak hanya akan membantu mendeteksi virus pada tingkat yang jauh lebih cepat tetapi juga jauh lebih hemat biaya!

Masker bersinar berkat filter yang dapat dilepas yang disemprotkan dengan cairan kimia sebelum terkena sinar ultraviolet.

Pemimpin kelompok penelitian dari Universitas Kyoto, Yasuhiro Tsukamoto, berbagi dengan dezeen bahwa gagasan itu berasal dari burung unta dan sistem kekebalan mereka yang kuat.

“Burung unta jarang mati karena kotoran, luka ringan atau penyakit, dan hidup selama 60 tahun.”

Baca Juga: Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa akibat Covid-19, Waspadai Dampaknya!

“Saya menyadari bahwa rahasia umur panjang adalah tahan terhadap penyakit menular dengan kekebalan dan ketahanannya yang luar biasa, jadi saya mulai meneliti antibodi burung unta dengan sungguh-sungguh”, katanya.

Peneliti Jepang Berhasil Ciptakan Masker yang Menyala Saat Terkontaminasi Virus Coronaa. (Dok: WorldofBuzz)
Peneliti Jepang Berhasil Ciptakan Masker yang Menyala Saat Terkontaminasi Virus Coronaa. (Dok: WorldofBuzz)

Mengingat antibodi dari kelinci dan tikus, yang paling umum digunakan dalam penelitian ilmiah, dapat berharga jutaan dolar per gram, antibodi yang diambil dari telur burung unta berharga kurang dari 1.000 dolar (RM4183.50) per gram dan dapat dikumpulkan lebih cepat.

“Jika infeksi virus dapat dideteksi dengan memasang filter mulut yang membawa antibodi burung unta dalam ‘masker sekali pakai’ yang digunakan setiap hari di dunia, orang yang terinfeksi tanpa gejala seperti penyebar super dapat diobati secara sukarela pada tahap awal.”

“Ini adalah perangkat yang praktis dan murah yang mencegah invasi virus Covid-19 ke dalam tubuh manusia”, tambahnya.

Tsukamoto juga berharap metode deteksi dini ini bisa diterapkan juga untuk virus lain.

Baca Juga: Meski Antibodi Menurun, WHO: Belum Ada Bukti Anak dan Remaja Butuh Dosis Booster Covid-19

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI