Israel Lakukan Uji Coba Memberi Vaksin Covid-19 Dosis Keempat, Bagaimana Hasilnya?

Selasa, 18 Januari 2022 | 16:00 WIB
Israel Lakukan Uji Coba Memberi Vaksin Covid-19 Dosis Keempat, Bagaimana Hasilnya?
Ilustrasi vaksin Covid-19 dosis keempat. (Unsplash.com/@3dparadise).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah rumah sakit di Israel pada Senin (17/1/2022) mengumumkan bahwa pihaknya melakukan penelitian awal mengenai pemberian vaksin Covid-19 dosis keempat. Dikatakan bahwa dosis keempat ini meningkatkan kadar antibodi yang lebih tinggi dari dosis ketiga, namun tidak terlalu ampuh untuk mencegah infeksi akibat varian Omicron.

Rumah Sakit Sheba di Israel memberikan vaksin Covid-19 dosis keempat kepada lebih dari 270 pekerja medis, di mana 154 di antaranya adalah mereka yang menerima vaksin Pfizer-BioNtech dan 120 lainnya yang menerima vaksin Moderna. Semuanya, sebelumnya telah divaksinasi dosis ketiga dengan vaksin Pfizer-BioNtech.

Uji klinis tersebut menemukan bahwa kedua kelompok menunjukkan peningkatan antibodi yang sedikit lebih tinggi daripada yang didapat dari vaksin dosis ketiga. Namun, dikatakan bahwa peningkatan antibodi tersebut tidak mencegah penyebaran varian omicron.

“Meskipun tingkat antibodi meningkat, vaksin keempat hanya menawarkan pertahanan parsial terhadap virus,” kata Dr. Gili Regev-Yochay, direktur unit penyakit infeksi rumah sakit, melansir dari Medical Xpress.

Baca Juga: Simak Ya! Kemenkes Ingatkan Vaksinasi Covid-19 Tak Cukup Hanya Satu Dosis

Hasil studi awal ini pun menimbulkan pertanyaan tentang keputusan Israel untuk menawarkan suntikan booster kedua — alias dosisi keempat — untuk warganya yang berusia di atas 60 tahun.

Dr Nahman Ash, direktur Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan bahwa hasil penelitian ini tidak menunjukkan bahwa upaya vaksin Covid-19 dosis keempat adalah sebuah kesalahan.
"Ini mengembalikan tingkat antibodi seperti pada awal booster ketiga. Itu sangat penting, terutama di antara populasi yang lebih tua," katanya.

Namun dia mengatakan penelitian itu akan diperhitungkan saat pihak berwenang memperdebatkan apakah akan memperluas kampanye pemberian vaksin Covid-19 dosis keempat ke populasi yang lebih luas.

Israel adalah salah satu negara pertama yang tahun lalu secara luas memvaksinasi penduduknya, dan musim panas lalu menjadi yang pertama menawarkan suntikan booster. Kampanye pemberian booster kedua untuk lansia ini juga diyakini sebagai yang pertama di dunia.

Namun, upaya vaksinasi yang agresif di Israel belum mampu menghentikan wabah omicron dalam beberapa pekan terakhir. Varian ini telah menyebabkan rekor tingkat infeksi dan mengirim semakin banyak orang ke rumah sakit, meskipun jumlah yang sakit parah tetap di bawah gelombang sebelumnya.

Baca Juga: Lima Tahun Lumpuh dan Tak Bisa Bicara Akibat Kecelakaan, Lelaki Ini Mendadak Sembuh Usai Vaksin Covid-19

Hal ini juga yang telah memaksa sejumlah besar orang Israel harus melakukan karantina, yang membebani sekolah dan bisnis.

Varian Omicron sudah dominan di banyak negara dan juga dapat menginfeksi mereka yang telah divaksinasi atau sebelumnya telah terinfeksi oleh virus versi sebelumnya. Studi awal, bagaimanapun, menunjukkan varian Omicron lebih kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit parah daripada varian delta. Dan vaksinasi dan booster masih menawarkan perlindungan yang kuat dari penyakit serius, rawat inap, dan kematian.

Pada hari Selasa in (18/1/2022), pemerintah Israel mengatakan akan memperpendek masa karantina wajib dari tujuh hari menjadi lima hari untuk membantu menjaga perekonomian tetap berjalan.

"Keputusan ini akan memungkinkan kita untuk terus menjaga kesehatan masyarakat di satu sisi dan menjaga perekonomian saat di sisi lain, meskipun sulit, sehingga kita dapat melewati gelombang ini dengan aman," kata Perdana Menteri Naftali Bennett.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI