Suara.com - Ada kabar baik terkait dengan penanganan Covid-19 di Indonesia. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sebanyak 400.000 obat antivirus COVID-19 buatan Molnupiravir, sudah tiba di Indonesia.
"Pemerintah sudah mempersiapkan obat-obatan, Molnupiravir 400.000 tablet sudah datang, kami sudah lihat, rencananya juga akan diproduksi di Indonesia bulan Maret-April," katanya seperti dikutip dari ANTARA.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga sedang memroses untuk mendatangkan obat Covid Paxlovid, yang diharapkan bisa tiba pada Februari 2022.
"Sehingga pada saat nanti terjadi lonjakan kasus COVID-19, obat-obatannya pun sudah siap," katanya.
Baca Juga: Mulai dari Sakit Kepala Hingga Stroke, Begini Cara Virus Corona Mempengaruhi Otak Manusia
Menkes mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan kepada pihaknya untuk memastikan obat-obatan tersebut bukan hanya tersedia di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau rumah sakit pemerintah, tapi juga tersedia di apotek.
Obat-obatan untuk penanganan Covid-19 tersebut, kata dia, akan dibagi dalam kategori yang bisa dibeli umum, yang harus dibeli dengan mendapatkan resep dokter dan hanya bisa diberikan melalui perawatan rumah sakit. Lantas, sebenarnya apa beda antara obat Molnupiravir dan Paxvloid?
Molnupiravir
Molnupiravir ditujukan untuk Covid-19 gejala ringan hingga sedang, pada pasien 18 tahun ke atas, atau mereka yang tidak perlu menggunakan oksigen, tapi berpotensi alami gejala berat.
Obat diberikan dua kali sehari sebanyak 4 kapsul, dengan masing-masing 200 mg sekali minum, selama 5 hari.
Baca Juga: Virus Corona Covid-19 Bisa Pengaruhi Otak, Berikut 7 Dampaknya!
Adapun efek samping yang paling sering dilaporkan yaitu berupa mual, sakit kepala, mengantuk, nyeri abdomen, dan nyeri orofaring.
Selain itu, Hasil uji non-klinik dan uji klinik, molnupiravir tidak menyebabkan gangguan fungsi hati.
Tapi perlu ingat, bahwa Molnupiravir tidak boleh digunakan pada perempuan hamil dan untuk perempuan usia subur yang tidak hamil harus menggunakan kontrasepsi selama pemberian Molnupiravir.
Sedangkan dari efikasi atau manfaatnya hasil uji klinik fase 3 menunjukkan Molnupiravir bisa menurunkan risiko hospitalisasi (risiko dirawat di rumah sakit ).
Melalui obat ini juga kematian bisa ditekan hingga 30 persen pada pasien Covid-19 bergejala ringan hingga sedang dan 24,9 persen pada pasien Covid-19 gejala ringan. Obat ini telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM RI.
Paxvloid
Paxlovid buatan Pfizer diklaim bisa menurunkan risiko rawat inap dan kematian sebesar 89 persen, saat diminum tiga hari usai timbulnya gejala.
Paxlovid bekerja dengan menghambat enzim yang disebut protease, yang diperlukan virus SARS CoV 2 untuk bereplikasi di dalam tubuh.
Obat itu disebut sangat efektif hingga membuat komite menghentikan uji coba, dan segera meminta subjek yang menerima pil plasebo atau obat kosong, untuk mendapatkan pil yang sebenarnya.
Bahkan Pfizer akan segera mengirimkan data hasil uji klinis ke BPOM Amerika Serikat, yakni Food and Drug Administration (FDA) agar segera mendapat izin penggunaan darurat sesegera mungkin.