Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Covid-19 Molnupiravir sudah masuk dalam paket obat isolasi pasien Covid-19 gejala ringan hingga sedang.
Menkes Budi juga mengatakan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan lima organisasi profesi, yakni Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
"Kita sudah keluarkan tatalaksana pasien perawatan Covid-19, itu kan didiskusikan dulu oleh 5 organisasi profesi itu sudah keluar dan kita terbitkan," ujar Menkes Budi dalam keterangannya di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (14/1/2022).
Lantaran obat ini sudah masuk dalam paket obat isolasi pasien Covid-19, Menkes Budi mengaku harus selalu memastikan stok atau pasokan obat tersedia, sehingga apabila terjadi lonjakan kasus, stok obat sudah tersedia dan siap digunakan.
"Tadi saya lihat boksnya di dalam sudah siap," ungkap Menkes Budi, usai melakukan kunjungan di PT. Amarox Pharma Global di kawasan Delta Silicon 3, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
Selain Molnupiravir, paket obat pasien Covid-19 yang disediakan pemerintah termasuk vitamin C dan vitamin D.
Di sisi lain, sebagai persiapan jangka panjang Menkes Budi juga ingin memastikan obat antivirus Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck itu bisa diproduksi di dalam negeri.
Sehingga apabila terjadi lonjakan kasus di beberapa negara, Indonesia tidak lagi mengalami kesulitan mendapat pengiriman logistik obat-obatan.
"Saya minta berikutnya bisa diproduksi Molnupiravirnya di Indonesia, mereka juga sedang dalam proses, dan diharapkan nanti ada persetujuan BPOM, ada testing dan sebagainya," terang Menkes Budi.
Baca Juga: Cegah Kematian Hingga 30 Persen, BPOM Izinkan Penggunaan Obat Covid-19 Molnupiravir
Seperti diketahui, meski buatan perusahaan farmasi asal Amerika, produksi obat ini masih berpusat di India. Sedangkan Menkes Budi berharap pada April hingga Mei 2022 obat ini sudah bisa diproduksi dan dijual secara massal di Indonesia.