Suara.com - Vaksinasi Covid-19 anak usia 6 hingga 11 tahun sudah bisa dilakukan. Tapi banyak orangtua yang khawatir memvaksinasi anak dengan riwayat alergi makanan dan zat tertentu.
Lantas, bolehkah anak dengan riwayat alergi divaksinasi Covid-19?
Dokter Spesialis Anak sekaligus Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Prof. Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan saat ini di Indonesia baru vaksin Sinovac yang mendapat izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA), untuk anak usia 6-11 tahun.
Sedangkan pada vaksin Sinovac hanya ada dua kondisi yang menyebabkan kontraindikasi atau kondisi yang tidak disarankan karena berbahaya. Salah satunya alergi pada komponen vaksin.
Baca Juga: Tinjau Vaksinasi, Kapolri Saksikan Gubernur Maluku Utara Divaksin Dosis Pertama
"Kalau alergi telur, udang, alergi obat belum tentu dia alergi terhadap vaksin," ujar Prof. Hindra dalam acara diskusi Anakku.id, Kamis, (13/1/2022).
Kontraindikasi lainnya imunodefisiensi primer yaitu, apabila kondisi anak memiliki kekebalan tubuh yang tidak sempurna.
Atau kondisi anak, yang meskipun dirangsang sistem imunnya dengan vaksin untuk menciptakan perlindungan, tapi tidak bisa terbentuk.
Anak dengan kondisi inilah yang perlu mendapat rekomendasi, atau lebih dulu dikonsultasikan ke dokter anak berhak tidaknya mendapatkan vaksinasi Covid-19.
"Pasti punya dokter anak sehari-hari sampai tahunan, kontrol diskusi kemudian segera vaksinasi," Imbau Prof. Hindra.
Baca Juga: Polres Sukoharjo Suntik Vaksin 400 Anak di SDN 2 Bekonang, Beri Hadiah hingga Adakan Kuis
Meski begitu, ia menegaskan sangat penting anak divaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin merek apapun yang dipastikan sudah tersedia, dan dinyatakan aman.
"Jadi menurut saya seperti yang saya sampaikan, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia ketika kita akan divaksinasi, saat ini divaksin lebih baik," tuturnya.
Vaksin juga sangat efektif untuk mencegah anak alami gejala berat hingga dirawat di rumah sakit, termasuk mencegah risiko meninggal dunia akibat infeksi Covid-19.
"Di Amerika juga yang terkena Omicron, proporsi yang tidak divaksinasi lebih tinggi. Begitupun dengan yang meninggal, lebih tinggi yang tidak divaksinasi. Jadi paling tidak vaksinasi menurunkan angka kematian dan menurunkan angka dirawat di rumah sakit," tutup Prof. Hindra.