Sering Rawat Pasien Covid-19 di UGD, Dokter Asal AS Sebut Gejala Pasien Tergantung Status Vaksinnya

Jum'at, 14 Januari 2022 | 08:51 WIB
Sering Rawat Pasien Covid-19 di UGD, Dokter Asal AS Sebut Gejala Pasien Tergantung Status Vaksinnya
Ilustrasi pasien Covid-19. [Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang dokter yang bertugas di UGD asal New Yrok menjelaskan gejala apa yang umumnya dialami pasien Covid-19. Ia melihat banyaknya gejala tergantung pada status vaksin sang pasien.

Menurutnya, pasien yang tidak divaksinasi merupakan yang memiliki gejala terburuk.

"Saya telah melihat banyak Covid di UGD baru-baru ini," jelas direktur kesehatan global dalam pengobatan darurat di Columbia University Irving Medical Center, Craig Spencer.

Ia melanjutkan bahwa pasien yang sudah mendapat dosis booster mengalami gejala ringan, seperti sakit tenggorokan, serta sedikit kelelahan dan nyeri otot.

Baca Juga: Kenapa Prabowo Pilih Disuntik Booster Vaksin Nusantara oleh Dr Terawan?

"Tidak ada kesulitan bernapas. Tidak ada sesak napas. Semua sedikit tidak nyaman, tapi baik-baik saja," sambungnya, dilansir Independent.

Ilustrasi pasien Covid-19. [Istimewa]
Ilustrasi pasien Covid-19. [Istimewa]

Selain itu, sang dokter juga telah memerhatikan beberapa pola. Salah satunya adalah bahwa medapat dosis bosster lebih baik daripada hanya menerima dua dosis vaksin Covid-19.

“Sebagian besar pasien yang saya lihat yang memiliki 2 dosis Pfizer atau Moderna masih memiliki gejala 'ringan', tetapi masih lebih banyak daripada yang dialami pasien dengan dosis booster," imbuhnya.

Spencer mengatakan pasien yang hanya mendapat dua dosis mengalami lebih banyak rasa lelah, demam, batuk. Naun tetap tidak sampai sesak napas maupun kesulitan bernapas.

Namun, dua dosis lebih baik daripada satu dosis seperti vaksin Johnson & Johnson.

Baca Juga: Disuntik Langsung oleh dokter Terawan, Prabowo Subianto Gunakan Vaksin Nusantara Sebagai Booster

“Sebagian besar pasien yang saya lihat memiliki satu dosis J&J gejalanya lebih buruk. Mereka merasa mengerikan. Demam selama beberapa hari. Lemah, lelah. Beberapa sesak napas dan batuk. Tapi tidak ada yang membutuhkan rawat inap. Tidak ada yang membutuhkan oksigen. Tidak mengancam nyawa," lanjutnya.

Ilustrasi perawat dan pasien Covid-19 saling bergenggaman tangan. [Istimewa]
Ilustrasi perawat dan pasien Covid-19  [Istimewa]

Karenanya, Spencer mendesak semua orang yang hanya mendapat suntik Johnson & Johnson untuk mendapat dosis booster Pfizer maupun Moderna.

Meski penerima satu dosis vaksin ini mengalami gejala buruk, pasien yang tidak divaksinasi memiliki gejala yang lebih buruk.

"Semuanya mengalami sesak napas. Kadar oksigen semua orang turun. Semuanya membutuhkan oksigen untuk bernapas secara teratur," sambungnya.

Selain itu, orang yang tidak divaksin juga yang paling sering mengalami komplikasi dan dirawat di rumah sakit selama berhari-hari karena Covid-19 parah.

Spencer mencatat bahwa ini hanya pengamatan pribadinya, bukan studi ilmiah, tetapi kesimpulannya sebagian besar sesuai dengan data nasional AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI