Satgas COVID-19: Tren Kenaikan Kasus Dunia Tidak Dibarengi Peningkatan Angka Kematian

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 14 Januari 2022 | 07:15 WIB
Satgas COVID-19: Tren Kenaikan Kasus Dunia Tidak Dibarengi Peningkatan Angka Kematian
Ilustrasi Covid-19 di Hong Kong. (Dok. ANTARA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satgas COVID-19 terus memantau perkembangan kasus COVID-19 yang terjadi di dunia, termasuk tren kenaikan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

"Angka kenaikan saat ini menjadi rekor tertinggi melebihi angka pada masa lonjakan kasus sebelumnya, yaitu 1 juta kasus dalam 1 hari," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengutip situs resmi Satgas COVID-19.

Ia memaparkan perkembangan di tingkat global yang dapat dijadikan pembelajaran bagi Indonesia untuk mencegah potensi gelombang ketiga. Dari data per 7 Januari 2022 mencatat, penambahan kasus positif di dunia mencapai 2,7 juta kasus dalam 1 hari. Padahal, pada Desember 2021, penambahan kasus berkisar 500 - 600 per hari.

Kondisi saat ini, ada 12 negara sedang mengalami kenaikan kasus mingguan yang sangat tajam, bahkan melebihi gelombang sebelumnya. Baik di benua Amerika, Eropa, Asia hingga Australia.

Baca Juga: 74 Ribu Kasus Baru COVID-19, Turki Cetak Rekor Kasus Harian Tertinggi

Ilustrasi virus corona di Korea Selatan. [Ed Jones/AFP]
Ilustrasi virus corona di Korea Selatan. [Ed Jones/AFP]

Di antaranya, Kanada kasus mingguannya naik 19 kali lipat, dari 16 ribu menjadi 300 ribu kasus. Sedangkan Amerika serikat kenaikan mingguannya 10 kali lipat, dari 500 ribu menjadi 5 juta kasus.

Lalu, Australia naik 6 kali lipat, dari 9 ribu menjadi 550 ribu kasus. Di Inggris naik 4 kali lipat dari 300 ribu menjadi 1,2 juta kasus.

Beberapa negara Eropa lainnya seperti Perancis naik 36 kali lipat dari 50 ribu menjadi 1,8 juta kasus, Italia nIk 11 kali lipat dari 90 ribu menjadi 1 juta kasus, Jerman naik 2 kali lipat dari 150 ribu menjadi 350 ribu kasus. Serta Belanda naik 2 kali lipat dari 85 ribu menjadi 160 ribu kasus.

Termasuk juga negara tetangga di Asia turut mengalami hal yang sama. Antara lain, Jepang naik 10 kali lipat dari 30 ribu menjadi 300 ribu kasus, Vietnam naik 5 kali lipat dari 25 ribu menjadi 136 ribu kasus, Thailand 3 kali lipat dari 16 ribu menjadi 40 ribu kasus, dan Singapura naik 2 kali lipat dari 2 ribu menjadi 5 ribu kasus.

Meski demikian, sejauh ini kenaikan kasus di negara-negara tersebut tidak disertai kenaikan kematian signifikan. Namun, perlu dicermati, terdapat kenaikan kematian secara perlahan di beberapa negara. Salah satunya, terjadi di Vietnam.

Baca Juga: Ada Temuan Kasus COVID-19, 5 Sekolah di Jakarta Selatan Ditutup Sementara, Ini Daftarnya

"Hal ini menjadi pembelajaran kita bersama, meskipun varian Omicron dilaporkan bergejala ringan bahkan tanpa gejala, ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian. Namun, beberapa faktor perlu dianalisis lebih lanjut," jelas Wiku.

Beberapa faktor dimaksud adalah ketersediaan fasilitas kesehatan, kekebalan komunitas terutama paska vaksinasi hingga keberadaan populasi rentan. Adanya proporsi varian lain seperti varian Delta, juga perlu ditelaah mengingat varian yang berbeda, maka karakteristiknya juga akan berbeda dalam infeksinya.

"Menyikapi hal ini, tentunya perlu menjadi kewaspadaan bagi Indonesia. Karena Indonesia telah bersama-sama dan berupaya keras menurunkan kasus pada lonjakan kedua, dan berusaha lebih keras pula mempertahankan kasus tetap rendah hingga hari ini," tegas Wiku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI