Suara.com - Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Dr. Rochelle Walensky mengatakan CDC tidak akan mengubah pedoman pemakaian masker di tengah munculnya virus corona Covid-19 varian Omicron.
CDC hanya terus mengatakan bahwa memakai masker apapun lebih baik daripada tidak memakai masker. Mereka mendorong semua orang untuk tetap memakai masker.
"Kami mendorong semua orang untuk memakai masker guna melindungi diri dari virus corona Covid-19 dan rekomendasi ini tidak akan berubah," kata Dr. Rochelle Walensky dikutip dari Fox News.
Tapi, mereka mungkin akan memberikan informasi terbaru mengenai jenis masker terbaik untuk melindungi diri dari virus corona Covid-19 dan variannya.
Baca Juga: Ahli Yakin akan Ada Mutasi Virus Corona Lain, Omicron Bukan yang Terakhir
Karena, setiap jenis masker memberikan tingkat perlindungan terhadap virus corona Covid-19 dan variannya secara berbeda.
Penyataan ini muncul setelah satu penelitian terbaru mengatakan masker kain mungkin tidak efektif untuk melindungi diri dari virus corona Covid-19 varian Omicron.
CDC akan terus bekerja memperbarui panduannya untuk merekomendasikan orang memilih masker N95 atau K95 yang sangat protektif terhadap virus corona Covid-19 dan variannya.
"Saat ini kami sedang aktif untuk merekomendasikan penggunaan masker KN95 dan N95 guna melindungi diri dari varian Omicron. Karena, masker ini memiliki tingkat penyaringan yang lebih baik," jelasnya.
Jeff Zients, koordinator Covid-19 dari Gedung Putih mengatakan sekarang ini pemerintah AS sedang mempertimbangkan untuk memproduksi lebih banyak masker berkualitas tinggi.
Baca Juga: Seberapa Parah Virus Corona Covid-19 pada Anak 2 Tahun? Waspadai Gejalanya!
Sementara ini, bukti awal menunjukkan kalau varian Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian Delta.
Karena, varian Delta cenderung berisiko menyebabkan orang yang terinfeksi rawat inap. Tapi, perlu diingat bahwa varian Omicron terus menular.
"Kita harus melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi penyebaran virus corona Covid-19," kata Walensky.