Suara.com - Kanker serviks atau leher rahim menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak akibat kanker pada perempuan. Namun, selain kanker serviks, perempuan juga harus tahu tentang kanker ovarium yang sama berbahayanya.
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi perempuan, di mana salah satu fungsinya sebagai tempat pematangan sel telur.
Data Kementerian Kesehatan, kanker serviks dan ovarium menempati 3 besar penyebab kematian pada perempuan.
"Kanker ovarium juga menjadi penyebab kematian nomor 8 di dunia. Tingkat kematiannya pada perempuan di Indonesia juga tinggi," kata Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr. Elvieda Sariwati, M.Epid., dalam webinar kampanye 10 Jari Menghadapi Kanker Ovarium, Kamis (13/1/2022).
Baca Juga: Konsumsi Terlalu Banyak Telur Picu Risiko Kanker, Benarkah?
Meski sama ganasnya dengan kanker jenis lain, kanker ovarium belum bisa terdeteksi sejak dini. Oleh sebab itu, penyakit tersebut disebut juga sebagai silent killer, kata Elvieda.
Menurut Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dr. dr. Brahmana Askandar, Sp.OG(K)-Onk., di dunia juga belum diketahui cara mendeteksi dini kanker ovarium. Bahkan rentang waktu pertumbuhan sel kanker di ovarium juga belum diketahui.
"Berbeda dengan kanker serviks kita bisa melakukan pap smear, bisa dideteksi dini. Karena kanker serviks tahap demi tahap jelas. Sedangkan kanker ovarium, dari perubahan normal hingga menjadi kanker tidak jelas perbedaannya. Tiap orang bisa berbeda, ada yang dalam beberapa bulan ada dalam beberapa tahun," jelas dokter Brahmana.
Pasien juga tidak akan mengalami gejala apa pun saat kanker masih stadium dini. Sehingga, kebanyakan pasien kanker ovarium baru datang ke dokter sudah dalam kondisi stadium lanjut karena mengalami rasa nyeri pada area bawah perut.
"Jika ada keluhan perut, sering kembung atau ada nyeri perut, nyeri panggul, perut bagian bawah nyeri, kemudian ada gangguan buang air kecil, nafsu makan berkurang, maka sebaiknya segera cek ke dokter kandungan," pesan dokter Brahmana.
Baca Juga: Mengenal Vaksin HPV: Manfaat dan Efek Samping
Timbulnya berbagai gejala tersebut memang menunjukkan kalau kanker telah memburuk. Tapi tetap ada harapan untuk bisa diobati, imbuhnya.
Jika sudah seperti itu, pengobatan dioptimalkan agar kanker tidak menyebar ke organ lain.
"Inilah kesulitan kanker ovarium, sehingga disebut dengan silent killer. Sampai saat ini tidak ada skrining untuk kanker ovarium, memang demikian di seluruh dunia. Paling tidak, kalau sudah ada ketidaknyamanan pada perut bawah dan tidak nyaman ketika kencing, itu harus segera periksa ke dokter," ujarnya.